Berlin

Kastara.ID, Jakarta – Dalam rangka memperingati perayaan 25 tahun hubungan Sister City Jakarta dan Berlin, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Jakarta Smart City bekerja sama dengan Pemerintah Kota Berlin dan Startup Asia Berlinare mengadakan acara bertajuk “The Good Idea Jam” di Balai Agung, Balai Kota Jakarta, Kamis (1/8).

Acara ini bertujuan mencari solusi inovatif untuk mejawab tantangan perkotaan dengan tema Smart City, Mobilitas Perkotaan, dan Lingkungan Perkotaan. Turut hadir Perwakilan Pemerintah Jerman, startup asal Jerman dan Indonesia, serta jajaran Pemprov DKI Jakarta ini bertujuan untuk memperkuat ikatan kemitraan Jerman dan Indonesia, sekaligus mewadahi pertukaran ide tentang bisnis, dan solusi pengembangan smart city yang layak.

Dalam kesempatan ini, peserta berkesempatan mendapatkan akses ke jaringan penting pemerintahan, pengusaha, dan mitra potensial untuk bekerja pada konsep yang nyata dan dapat diterapkan untuk menghadapi tantangan perkotaan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan persamaan Jakarta-Berlin dan pentingnya pertemuan seperti ini sebagai sarana belanja ide untuk menemukan solusi dari permasalahan di Jakarta.

“Jakarta dan Berlin, kita bersama-sama menghadapi berbagai tantangan perkotaan. Tantangannya mungkin tidak akan sama dalam bentuknya. Tapi saya berpikir dasarnya sama. Jakarta dan Berlin adalah kota yang terus bertumbuh. Kita berdua menghadapi tantangan yang dinamis. Dan kami berharap mendapatkan solusi yang baru, yang merupakan terobosan,” ujar Anies seperti dikutip dari siaran pers PPID Provinsi DKI Jakarta.

Anies menuturkan, salah satu tantangan Jakarta adalah transformasi penggunaan dari kendaraan pribadi menuju transportasi publik. Melalui program JakLingko, Gubernur Anies menjelaskan integrasi moda transportasi umum menjadi kunci dalam menerapkan kebijakan yang mengentaskan masalah kendaraan di Jakarta.

“Tantangannya kemudian adalah bagaimana kita membuat ini semua berkelanjutan dan memperluas jangkauannya. Karena bila itu terjadi, maka kita akan melihat berkurangnya penggunaan kendaraan motor pribadi di jalanan-jalanan kita. Dan apabila jumlah pengguna kendaraan motor pribadi berkurang di jalanan kita, maka polusi udara akan berkurang, dan tentu saja akan mengurangi tingkat kemacetan. Dan untuk itu semua, kami membutuhkan ide-ide baru. Kami membutuhkan ide-ide segar. Bagaimana kita bisa menjangkau secara lebih luas dan maju, khususnya dalam gaya hidup untuk menggunakan transportasi publik dan menggunakan transportasi bebas emisi,” terangnya.

Anies menegaskan, Jakarta siap menerima setiap pertanyaan kritis yang muncul dalam forum sehingga solusi kontemporer dan terobosan terbaru dapat muncul di permukaan.

Anies juga menekankan pentingnya mengadaptasi suatu program kebijakan dibandingkan mengadopsi begitu saja sesuatu yang terbukti berhasil di suatu tempat namun belum tentu cocok diterapkan di Jakarta.

“Izinkan kami menyampaikan kepada kalian semua bahwa kalian datang ke kota yang tepat. Karena beberapa waktu lalu, Global Startup Ecosystems Report yang dikeluarkan Startup Genome telah mencatatkan Jakarta sebagai Kota Dunia yang bersiap menantang dominasi Global Startup Ecosystem yang telah ada sebelumnya, seperti Silicon Valley dan Beijing. Ini adalah berita baik untuk kami. Yang artinya kami perlu untuk mempromosikan lebih lanjut terkait ekosistem bisnis rintisan di Jakarta. Dan kami berharap pertemuan ini bisa berkontribusi menuju ke arah sana,” ungkapnya.

Sementara Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik DKI Jakarta Atika Nur Rahmania menambahkan, penggunaan teknologi sangat diperlukan untuk mengatasi masalah saat ini. Melalui sistem terintegrasi tunggal Cepat Respon Masyarakat (CRM), pemerintah dapat mengelola 15.000 pengaduan dalam sebulan sehingga dapat ditangani secara efektif oleh unit kerja di seluruh wilayah Jakarta.

“Kolaborasi antara pemerintah dan warga ini telah menginspirasi kami untuk menerapkan konsep City 4.0, dimana menempatkan pemerintah sebagai kolaborator daripada sekadar administrator/penyedia layanan, sementara warga negara bertindak sebagai co-creator. Sehingga memungkinkan pemerintah bekerja sama dengan warga negara untuk menyelesaikan masalah bersama. Dan kami berharap acara pertemuan internasional seperti ini dapat melahirkan gagasan baru untuk perbaikan Jakarta,” tandasnya.

Perlu diketahui, sejak awal kemitraan tahun 1993, Jakarta dan Berlin telah berfokus pada budaya dan olahraga. Namun sejak tahun 2016, fokus telah bergeser pada bagaimana menghubungkan ekosistem startup Jakarta dan Berlin.

Melalui program “Para ahli untuk kemitraan kota di seluruh dunia” oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), seorang pakar ahli terpadu dari Berlin telah ditempatkan di Pemerintah Provinsi Jakarta pada tahun 2019 untuk mendukung kemitraan. Kegiatan bersama yang diprakarsai oleh Jakarta dan Berlin ini didukung oleh kerja sama pembangunan Jerman. (hop)