Kastara.ID, Jakarta – Penggunaan dan manfaat gawai (perangkat komunikasi elektronik) saat ini semakin populer di berbagai kalangan masyarakat, baik masyarakat kalangan atas, menengah, maupun bawah. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, anak-anak hingga orang tua, dalam kehidupan sehari-harinya tak lepas dari gawai. Berbagai fungsi dan fasilitas yang diberikan gawai membuat masyarakat menggantungkan hidupnya pada benda tersebut.

Gawai sebagai alat komunikasi berteknologi tinggi dan memiliki banyak fungsi dapat membawa penggunanya bebas berselancar di dunia maya mengakses banyak fitur seperti media sosial dan game, karena terhubung dengan jaringan internet. Hal ini bagaikan pisau bermata dua yaitu bisa bermanfaat tetapi juga bisa membahayakan pemikiran seseorang dan pola hidup termasuk kehidupan anak-anak.

Fenomena anak-anak kecanduan gawai lima tahun belakangan ini makin terlihat, meski belum terdeteksi secara pasti angka jumlah anak mengalami kecanduan gawai. Namun dari sejumlah kasus yang terpublikasi di media massa, hasil survei dan penelitian menunjukkan fenomena anak kecanduan gawai berada pada kondisi mengkhawatirkan.

Oleh karena itu anak kecanduan gawai menjadi tantangan serius dan tanggung jawab banyak pihak. Tidak hanya orang tua, para guru, pemangku adat hingga pemerintah mengemban tanggung jawab mengantisipasi dan mengatasi masalah kecanduan gawai pada anak.

Berangkat dari analisis situasi yang diuraikan di atas, dosen sebagai pendidik anak bangsa merasa terpanggil melakukan kegiatan sosialisasi bahaya adiksi gawai pada anak. Kegiatan sosialisasi melalui penyuluhan dan nobar animasi contoh bahaya adiksi gawai merupakan wujud peduli Perguruan Tinggi (PT) pada masyarakat (PkM). Peduli PT pada masyarakat dilakukan berkesinambungan sekali dalam satu semester oleh para dosen dari satu daerah ke daerah lain di sekitar lingkungan terdekat hingga radius 200 km PT berada. Dalam kegiatan tersebut dosen menggandeng mitra tertentu untuk memediasi PT dengan target audiens terpilih.

Mitra PkM periode tahun akademik genap 2022-2023 tentang sosialisasi bahaya adiksi yakni Tim Kafilah Dakwah 1444 Hijriah Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) M. Natsir yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung Pangarengan, Desa Sukadaya, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa barat selama sebulan (16 April–15 Mei 2023). Target audiens yakni 18 siswa dan 18 bunda TK-IT At-Taqwa Nurul Fahmi.
Kafilah Da’wah merupakan istilah untuk program rutin kuliah kerja nyata mahasiswi, program tersebut rutin dilaksanakan tiap bulan Ramadan.

STID M. Natsir adalah lembaga pendidikan tinggi berbasis ponpes, Periode Ramadan 1444 H/ 2023 berada di tujuh titik target, tiga di wilayah Kabupaten Bekasi dan empat berada di wilayah Kabupaten Cianjur, tepatnya di titik-titik korban gempa. Kegiatan kafilah dakwah wajib diikuti oleh mahasiswi semester 6 dari dua jurusan yang terdapat di STID M. Natsir yaitu jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI).

Hasil observasi para mahasiswi terhadap kondisi siswa TK dan bunda belum mengetahui dan memahami adiksi gawai. Oleh karena itu berdasarkan informasi tim kafilah dakwah yang bertugas di Desa Sukadaya, maka tim pengabdian masyarakat dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Univeritas Mercu Buana membersamai tim kafilah dakwah dalam memberikan sosialisasi bahaya adiksi gawai pada delapan belas siswa-siswi TK-IT At-Taqwa Nurul Fahmi beserta delapan belas bunda.

Tim pengabdian dosen Fikom Universitas Mercu Buana berharap kegiatan penyuluhan bahaya adiksi gawai pada siswa TK-IT At-Taqwa Nurul Fahmi dan bunda dapat menjadi solusi bagi para bunda untuk dapat melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan kondisi anak candu pada gawai. Melalui penyuluhan tim dosen memberikan penyuluhan tentang seputar dunia maya dan gawai sebagai mediator dunia maya lalu memberikan penyuluhan tentang pengetahuan terkait konten-konten berbahaya bagi usia anak prasekolah. Selanjutnya memberikan bantuan berupa pelatihan menggunakan gawai sesuai kebutuhan anak usia prasekolah serta nobar animasi contoh kasus adiksi gawai pada anak.

Target dalam program penyuluhan yaitu siswa TK dan bunda memiliki pengetahuan tentang gawai dan dunia maya lalu siswa dan bunda memiliki pengetahuan tentang konten mengandung kekerasan dan pornografi. Berikutnya yang paling penting yakni siswa dan bunda memiliki keterampilan mengelola jumlah waktu layak menggunakan gawai.

Untuk menjamin keberhasilan program maka dilakukan evaluasi pada setiap tahapan perkembangan program. Dalam mendukung keberhasilan program ini, setelah sosialisasi dilakukan monitoring dan komunikasi secara konsisten dilaksanakan kepada bunda peserta sesuai kebutuhan. Sehingga keberlanjutan penerapan pengetahuan tentang gawai dapat mencegah terjadinya kondisi candu pada gawai baik pihak siswa sebagai anak maupun bunda sebagai orang tua. Satu kondisi positif dari para peserta penyuluhan ialah belum banyak yang memiliki dan menggunakan gawai. (san)