Wamena

Kastara.ID, Jakarta – Rusuh Wamena, Papua, mengakibatkan kelumpuhan kegiatan ekonomi masyarakat setempat lebih dari sepekan. Ribuan warga mengungsi dan meninggalkan usaha, serta harta bendanya.

Kerusuhan tersebut juga membuat masyarakat sulit mendapatkan kebutuhan sehari-sehari. Kalaupun ada, harganya selangit.

Misalnya, harga BBM, melambung tinggi dari kisaran Rp 20 ribu per liter menjadi Rp 80 ribu-Rp 100 ribu per liter juga turut mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi lain.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus menilai kerusuhan di Wamena secara langsung akan menekan industri di wilayah tersebut. Sebab, industri yang ada, berskala kecil dan menengah digerakkan langsung oleh masyarakat setempat.

Sementara itu, Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menilai, dampak kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh kerusuhan Wamena tidak serta merta akan menggoyangkan ekonomi nasional.

Berdasarkan catatan Faisal, pertumbuhan ekonomi Papua dan Maluku memang tengah melambat sekitar 11,8 persen sepanjang paruh pertama tahun ini dan memperkirakan pertumbuhan ekonomi bakal kian seret bila kerusuhan tak juga usai.

Ekonom UI ini juga khawatir perlambatan ekonomi di wilayah timur Indonesia bisa menembus kondisi terparah yang pernah terjadi saat krisis moneter lalu, yaitu minus 13,2 persen.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Faisal berpandangan bahwa pemerintah perlu segera menindaklanjuti kerusuhan di Wamena agar tidak menimbulkan potensi dampak kerugian ekonomi yang lebih besar di kemudian hari. Juga perlu merancang ulang pemenuhan kebutuhan pembangunan di Papua. (har)