Cardiff(getty-images)

Kastara.ID, Jakarta – Pemerintah Inggris mengaktifkan kembali rumah sakit darurat dan menutup sekolah dasar di London dalam rangka melawan penyebaran varian baru virus corona yang lebih mudah menular. Pasalnya dalam empat hari terakhir, penambahan kasus positif Covid-19 mencapai lebih dari 50 ribu.

Otoritas kesehatan mengatakan, pihaknya kini sedang mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19 sehingga membutuhkan banyak tempat tidur untuk merawat mereka.

Pengumuman itu datang hanya beberapa hari setelah Rumah Sakit Royal London memberi tahu staf melalui email bahwa sekarang mereka dalam mode pengobatan bencana sehingga tidak dapat memberikan perawatan kritis berstandar tinggi.

Inggris memiliki rumah sakit sementara ‘Nightingale’ yang dibangun oleh militer dalam hitungan hari. Mereka hampir tidak pernah digunakan tetapi tetap siaga.

Laporan Sky News mengatakan, unit perawatan intensif dari tiga rumah sakit London penuh pada Malam Tahun Baru, memaksa pasien dipindahkan ke rumah sakit lain untuk perawatan kritis.

“Untuk mengantisipasi tekanan yang meningkat dari penyebaran infeksi varian baru, NHS London Region diminta untuk memastikan Nightingale diaktifkan kembali dan siap menerima pasien jika diperlukan,” kata juru bicara National Health Service (NHS) dikutip dari Reuters, Sabtu (2/1).

Royal College of Nursing memperingatkan bahwa negara tersebut tidak memiliki cukup perawat untuk mengelola pusat perawatan baru, terutama dengan banyak tenaga kesehatan yang sakit karena virus atau terpaksa diisolasi.

Selain itu, pemerintah juga memutuskan untuk menutup semua sekolah dasar di London. Alasannya London merupakan salah satu daerah yang paling parah terkena varian baru virus corona, yang 70 persen lebih menular.

“Pendidikan dan kesejahteraan anak-anak tetap menjadi prioritas nasional,” kata Sekretaris Pendidikan Gavin Williamson.

“Memindahkan ke pendidikan jarak jauh benar-benar merupakan upaya terakhir dan solusi sementara,” ucap dia.

Inggris menjadi salah satu negara yang paling parah penyebaran virus corona. Kasus Covid-19 di sana hingga kini menyebabkan lebih dari 74 ribu orang tewas.

Pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson dikritik karena sering melakukan hal yang salah selama pandemi, termasuk menunda karantina wilayah selama gelombang pertama pada Maret. (har)