Kastara.ID, Depok – Akibat kebijakan sistem zonasi pendaftaran sekolah yang ditetapkan lewat Permendikbud No 51 Tahun 2018, sebanyak 21 siswa miskin tidak bisa sekolah. Pada siswa korban zonasi dan orang tua masing-masing bersama Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Depok mendatangi Kantor Wali Kota Depok dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, Selasa (2/7).

“Ini aksi solidaritas kami DKR untuk keluarga miskin yang anaknya ditolak oleh sekolah negeri Depok,” ujar Ketua DKR Depok Roy Pangharapan.

Alasan penolakan, menurut Roy Pangharapan, karena para siswa ini mendaftar ke sekolah yang tidak sesuai dengan zona yang sudah ditentukan. Dari siswa miskin yang ditolak terdapat seorang anak yatim.

“Alasan ditolak katanya karena tidak sesuai zonasi. Padahal SMA dan SMK di Depok belum merata di setiap kecamatan.

Sebagian besar dari keluarga siswa korban zonasi tersebut adalah anggota relawan DKR Kota Depok yang selama ini sudah banyak membantu masyarakat Kota Depok untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma.

“Sudah menjadi kewajiban kami DKR Kota Depok membantu keluarga anggota relawan kami. Apalagi mereka keluarga tak mampu,” jelasnya.

Roy Pangharapan berharap, agar semua siswa miskin di Kota Depok mendapat haknya bersekolah di sekolah negeri tanpa dipersulit oleh sistim zonasi.

“Akomodir semua siswa miskin untuk masuk sekolah negeri, agar subsidi pendidikan dari pemerintah tepat sasaran,” katanya.

Sebelumnya, sebanyak 12 siswa warga Kecamatan Beji, Depok, mendaftar di SMK Negeri 3 Depok yang berada di Kecamatan Sukmajaya, karena di Kecamatan Beji tidak ada SMA dan SMK Negeri.

Selain itu, tiga siswa juga tidak diterima di SMK Negeri 3 di Kecamatan Sukmajaya padahal tinggal di Kecamatan Sukmajaya yang sama. Nasib yang sama juga dialami oleh seorang siswa warga Kecamatan Pancoran Mas. Seorang lagi siswa dari Kecamatan Tapos mendaftar di SMA 4 Depok juga tidak diterima. Empat siswa mendaftar di SMKN 1 juga ditolak padahal masih satu kecamatan.

“Padahal anak kami memilih SMK Negeri biar lulus cepat kerja, biar bisa bantu ekonomi keluarga,” kata Bu Eti Kurniawati orang tua siswa Sevia Febriyanti kepada pers. (hop)