Festival Sarung dan Musik NTT

Kastara.ID, Kupang – Perhelatan Festival Sarung dan Musik NTT telah sukses digelar. Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Nusa Tenggara Timur (NTT) Julie Sutrisno Laiskodat menjelaskan, Festival Sarung dan Musik NTT yang berlangsung di arena Car Free Day di Kota Kupang, NTT, Sabtu (2/3), menampilkan kain tenun ikat hasil kreasi kaum perempuan di seluruh pelosok Flobamora (Flores, Sumba, Timor, dan Alor) yang beraneka ragam serta sarat pesan kearifan lokal yang unik.

“Kami ingin mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya penenun. Juga untuk membangkitkan kebanggaan di kalangan generasi muda dan kaum milenial terhadap kain sarung NTT,” ujar Julie dalam keterangannya yang diterima Kastara.ID, Ahad (3/3).

Menurut istri Gubernur NTT Victor Laiskodat ini yang juga  itu dikenal sebagai “Bunda Tenun NTT”, pihaknya akan terus mengupayakan agar tenun ikat NTT diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO.

Julie pernah membawa hasil tenun NTT ke ajang peragaan busana internasional seperti Paris Fashion Week, London Fashion Week, dan New York Fashion Week. Hasil tenun NTT yang ditampilkan Julie merupakan karya dari berbagai kelompok tenun binaannya di NTT.

Festival Sarung dan Musik NTT

Julie memaparkan, para peserta Festival Sarung dan Musik NTT terdiri atas 2.000 peserta dari perangkat daerah Provinsi NTT, 500 perangkat daerah Kota Kupang, 500 TNI/Polri, 500 peserta dari instansi vertikal, 500 orang dari organisasi wanita, 300 peserta dari kelompok etnis, 700 peserta dari BUMD/BUMN, dan 5.000 peserta dari kalangan pelajar serta mahasiswa.

“Yang unik dari acara ini, peserta diwajibkan berbusana kaus putih dan sarung bahan tenun ikat asli NTT. Yang datang tanpa sarung tenun ikat asli NTT saya tolak,” kata Julie Laiskodat.

Peserta dibagi ke empat lokasi di sepanjang Jalan El Tari dengan rincian 4.975 peserta di Depan Gedung Sasando Kantor Gubenur, lalu 1.685 peserta di depan Pengadilan Tinggi NTT, 2.100 peserta di depan rumah jabatan Gubernur NTT, dan 2.120 peserta di depan rumah jabatan Kejati NTT. Di setiap lokasi juga digelar berbagai hiburan.

Julie pun mengajak para peserta dan masyarakat yang hadir untuk membeli kreasi tenun ikat di masing-masing spot dan produk makanan berbasis kelor. Selain itu, pihaknya juga terus mendorong penetapan Hari Sarung Nasional.

Menurutnya, sarung merupakan warisan kekayaan leluhur yang mesti dilestarikan serta layak disejajarkan dengan batik sebagai busana nasional. “Dengan itu, geliat perekonomian para penenun juga akan semakin meningkat,” imbuh Julie Laiskodat.

Tak ketinggalan Biro Humas NTT melalui rilisnya menyambut baik kegiatan yang mempromosikan tenun ikat NTT tersebut. Apalagi tenun ikat NTT merupakan hasil karya cipta, rasa, dan karya kekayaan intelektual yang bernilai tinggi. Bahkan karya tenun motif NTT telah diapresiasi secara nasional dan internasional. (nad)