Universitas Negeri Jakarta

Kastara.id, Jakarta – Wakil Ketua DPD RI Nono Sampono menegaskan pentingnya menjaga ketahanan budaya nasional dalam pembangunan bangsa. Menurutnya, sebuah budaya merupakan kunci dalam menguatkan nilai-nilai dasar sebagai modal dalam memperkuat persatuan untuk menangkal nilai-nilai negatif globalisasi.

Saat memberikan kuliah umum di Universitas Negeri Jakarta (3/7), Nono Sampono menyampaikan, saat ini Indonesia menghadapi dua ancaman, yaitu liberalisme dan fundamentalisme. Kedua ancaman tersebut masuk sebagai salah satu ekses negatif dari reformasi.

“Fundamentalisme dapat menghasilkan radikalisme atau terorisme. Sedangkan liberalisme dapat memunculkan budaya kebarat-baratan. Di era reformasi semua bergerak bebas, sepeti liberalisme ekonomi,” ucap Nono Sampono.

Oleh karena itu, dirinya meminta kepada seluruh bangsa Indonesia untuk selalu berpedoman pada nilai-nilai Pancasila untuk tetap menangkal ancaman-ancaman tersebut. Senator asal Provinsi Maluku tersebut juga menyayangkan konten yang saat ini dimunculkan dalam media, terutama televisi. Nilai budaya tidak mendapatkan porsi lagi di tayangan televisi. Padahal media saat ini berpengaruh besar dalam membentuk masyarakat.

“Pendidikan dan budaya minim mendapatkan porsi di media-media kita. Tayangan yang ditayangkan yang berbau sensasional. Ini bertentangan oleh budaya indonesia,” imbuh Nono.

Menurut Nono, sebuah budaya mempunyai nilai penting bagi sebuah bangsa. Budaya merupakan pondasi dasar bagi keberadaan bangsa. Oleh karena itu, Nono Sampono meminta agar masyarakat mampu menjaga dan tidak boleh melupakan budaya Indonesia.

“Kenapa budaya sangat penting, karena rusak dan majunya sebuah bangsa, pintu utamanya adalah budaya. Ada negara yang hancur bukan karena kekuatan militer, tetapi karena hancurnya budaya,” tegasnya.

Sementara Ketua PB NU Said Agil menyatakan dan juga berpesan kepada masyarakat untuk menjaga budaya sendiri dan jangan terpengaruh budaya asing yang negatif. Budaya di Indonesia itu menjunjung tinggi tata krama dan persaudaraan yang tidak dimiliki oleh budaya lain.

“Jangan hanya teriak jaga NKRI, jaga persatuan, tapi juga jaga budaya kita, budaya kita jauh lebih baik dibanding budaya negara lain bahkan lebih bagus dari budaya negara Arab,” tegas Ketua PB NU.

Dalam acara tersebut juga dilakukan penandatanganan Deklarasi Rawamangun bersama Ketua PB NU Said Agil Siraj, Sultan Sepuh PRA Arief Natadiningrat, Forum Silaturahmi Keraton Nusantara, dan para Akademisi UNJ. Deklarasi tersebut berisi mengenai komitmen untuk menjaga keutuhan NKRI dengan berpegang teguh pada pancasila dan UUD 1945.

Selain itu deklarasi tersebut juga berkomitmen untuk menjaga kerukunan dalam kebhinnekaan. Deklarasi Rawamangun juga bertujuan untuk menjaga pendidikan di Indonesia dari pengaruh radikalisme, sekularisme, materialisme, dan hedonisme. (lan)