Kastara.id, Jakarta – Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, kerja sama ekonomi khususnya di sektor industri antara Indonesia dengan Amerika Serikat perlu ditingkatkan lagi karena sifatnya saling melengkapi.

”Selama ini, investasi Amerika masuk ke Indonesia utamanya di sektor industri padat modal dan teknologi,” kata Airlangga usai bertemu dengan US-ASEAN Business Council di Jakarta, Kamis (3/8).

Airlangga menambahkan, Indonesia dapat mengisi melalui industri yang cukup berdaya saing seperti kelompok sektor tekstil, pengolahan karet, kulit, barang kulit dan alas kaki, serta makanan dan minuman.

Pihaknya juga tengah mendorong perjanjian bilateral untuk meningkatkan ekspor industri tekstil Indonesia ke AS. “Saat ini, produk tekstil kita kena bea masuk di sana sebesar 12,5 persen. Sedangkan, Vietnam sudah nol persen karena ada agreement kedua negara. Jadi, perjanjian tersebut juga akan mendongkrak daya saing produk kita,” ujar Menperin.

Nilai ekspor Indonesia ke AS pada tahun 2016 sebesar USD9,13 miliar. Adapun kelompok hasil industri yang juga memiliki nilai ekspor dengan tren positif, antara lain industri pengolahan kelapa sawit, furniture, pulp dan kertas, barang-barang kerajinan, elektronika, serta pengolahan alumunium.

Sementara itu, Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Harjanto, mengatakan untuk mengembangkan hubungan perdagangan dan investasi RI-AS, terdapat forum Trade Investment Council (TIC) tingkat menteri guna membahas dan menyelesaikan berbagai isu perdagangan dan investasi kedua negara.

“TIC terdiri dari empat Working Group, yaitu WG on Industrial and Agricultural Products, WG on Illegal Logging and Associated Trade, WG on Intellectual Property Rights, dan WG on Investment,” kata Harjanto.

Dalam perkembangannya, lanjut Harjanto, RI dan AS telah sepakat untuk membentuk Commercial Dialogue (CD) sebagai pelengkap makanisme kerja sama yang telah ada. “Commercial Dialogue merupakan kerja sama yang saling menguntungkan dan mengedepankan peran sektor swasta dalam memanfaatkan peluang investasi dan perdagangan antara kedua negara,” ujarnya.

Format dialog tersebut disepakati dalam dua track, yaitu pembahasan cross cutting issues dan issue per sektor. “Dialog diusulkan untuk fokus pada beberapa area kerjasama yaitu investment climate, trade expansion, small and medium enterprises, entrepreneurship, clean energy dan industrial cooperation,” kata Harjanto. (mar)