MES

Kastara.ID, Jakarta – Erick Thohir memang salah satu kandidat yang layak menjadi capres atau cawapres. Indikasinya, elektabilitasnya menunjukkan tren meningkat.

“Walaupun bila dibandingkan dengan Anies Bawesdan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, elektabilitas Erick memang masih kalah jauh. Namun dengan kenaikan elektabilitasnya belakangan ini, ada harapan Erick menjadi kandidat yang diperhitungkan,” papar M Jamiluddin Ritonga, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta, kepada Kastara.ID, Sabtu (3/9) pagi.

Apalagi belakangan ini, Erick secara tidak langsung mendapat dukungan dari Presiden Joko Widodo. Jokowi, seperti saat di Papua, terkesan meng-endors Erick. Hal itu tentunya berpeluang mendongkrak elektabilitas Erick.

“Selain itu, relawannya di berbagai daerah juga terlihat terus bergerak untuk meyakinkan kelayakan Erick menjadi capres. Hal ini juga dapat mendongkrak elektabilitas Erick,” imbuh Jamil.

Menurut mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta ini, kapasitas sebagai Menteri BUMN juga menjadi nilai jual bagi Erick menjadi capres atau cawapres. Suka tidak suka, kinerjanya sebagai Menteri BUMN sangat baik. Bahkan dengan bersih-bersih di BUMN dapat mengangkat pamornya sebagai capres atau cawapres anti korupsi.

“Kemampuan finansialnya juga sangat mendukung dirinya menjadi capres atau cawapres. Erick dapat mandiri membiayai kampanyenya, sehingga ketergantungan kepada pemilik modal (naga) dapat diminimalkan. Dengan begitu, Erick tidak akan dapat didikte para naga bila nantinya menjadi capres atau cawapres,” tandasnya.

Semua itu memang menjadi nilai jual Erick untuk dipasarkan ke masyarakat. Bila masyarakat mengetahui kapasitas Erick, maka elektabilitasnya berpeluang akan terdongkrak lebih tinggi lagi.

Meski demikian, Erick tampaknya lebih pas menjadi cawapres. Erick dapat diduetkan dengan beberapa kandidat lainnya yang saat ini elektabilitasnya sudah tinggi.

“Erick sebagai cawapres sangat diperlukan mengingat ke depan masalah ekonomi sangat menonjol. Kapasitasnya di bidang tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan ekonomi bila ia menjadi wakil presiden,” tandas Jamil.

Masalahnya, adakah partai politik yang serius mengusungnya? Tentu waktu yang akan menjawabnya. (dwi)