Remitansi

Kastara.id, Jakarta – Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mencatat kiriman uang (remitansi) tenaga kerja Indonesia (TKI) terhitung Januari sampai Juni 2017 sebanyak Rp 57.618.350.655.569.

Dalam bentuk kurs USD pada periode Juni 2017 ini, jumlah remitansi yang masuk ke Indonesia sebanyak USD 4,3 miliar. Remitansi sebanyak ini didasarkan pada laporan Bank Indonesia tentang uang yang dikirim para TKI melalui jasa perbankan atau yang tercatat di perbankan.

“Artinya itu data resmi. Belum terhitung pola tradisional yang masih berlaku yaitu uang yang dibawa langsung oleh TKI atau uang yang dititipkan oleh TKI kepada keluarga melalui TKI yang pulang ke daerah asal mereka,” ujar Kepala Bagian Humas BNP2TKI Servulus Bobo Riti di Jakarta, Selasa (3/10).

Menurut Servulus, belum semua TKI mengenal mekanisme pengiriman uang dengan menggunakan jasa perbankan. Masih banyak TKI yang ditengarai dalam mengirimkan uang menggunakan jasa non perbankan seperti titip temannya yang pulang ke Indonesia.

“Berkaitan hal ini, pemerintah selalu mensosialisasikan kepada calon TKI agar memanfaatkan jasa perbankan dalam pengiriman uangnya,” kata Servulus.

Jika dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya (Juni 2016), jumlah remitansi yang mengalir ke seluruh pelosok Indonesia, terutama di daerah-daerah sumber TKI, mengalami penurunan sebanyak Rp 4,3 triliun.

Penurunan ini terjadi antara lain disebabkan karena kebijakan pemerintah yang memprioritaskan penempatan TKI formal. Jumlah penempatan TKI ke luar negeri mengalami penurunan pada periode yang sama antara 2016 dan 2017 berdampak nyata dari kebijakan penutupan penempatan TKI informal ke negara kawasan Timur Tengah. Demikian pula dengan faktor terbatasnya peluang kerja bagi tenaga kerja asing di beberapa negara penempatan TKI karena keadaan ekonomi yang fluktuatif.

Servulus Bobo Riti menambahkan, kiriman uang terbanyak berasal dari negara kawasan Asia termasuk Australia dan Selandia Baru sebanyak USD 2,58 miliar, disusul kawasan Timur Tengah termasuk Afrika sebanyak USD 1,61 miliar, dan kawasan Amerika dan Eropa masing-masing sebanyak USD 94,7 miliar dan USD 34,41 miliar. (mar)