Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan)

Kastara.ID, Jakarta – Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) milik Indonesia, kini menjadi satu-satunya institusi di dunia yang ditunjuk oleh Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) sebagai pusat kolaborasi.

Deputi Kepala BATAN Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir Efrizon Umar mengatakan bahwa penunjukan sebagai collaborating center, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir Indonesia diakui dunia, menjadi acuan maupun rujukan bagi banyak negara di kawasan Afrika dan Asia-Pasifik untuk mempelajari pemanfaatan iptek nuklir termasuk untuk peningkatan produktivitas pangan.

Alasan Indonesia dipilih sebagai collaborating center untuk nuklir dan tanaman karena dinilai memiliki kapasitas baik dalam fasilitas seperti laboratorium maupun sumber daya manusia serta reputasi baik dalam pemanfaatan nuklir bidang pertanian. Batan berhasil menciptakan varietas-varietas unggul dengan teknik pemuliaan tanaman dengan radiasi gamma, dengan varietas unggul meningkatkan produktivitas pertanian meningkat dan pendapatan petani dan kesejahteraan.

Untuk diketahui, 2014, untuk pertama kali IAEA menetapkan Batan sebagai pusat kolaborasi bidang pemuliaan tanaman, kemudian penunjukan itu diperbarui setiap empat tahun dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang mengurusi teknologi nuklir itu terpilih kembali sebagai pusat kolaborasi di bidang pemuliaan tanaman pada 2017.

Sementara, sejak 2015 Indonesia ditunjuk oleh  sebagai pusat kolaborasi untuk bidang uji tak rusak. Pada 2014, Batan juga mendapatkan penghargaan Outstanding Achievement Award on Plant Mutation Breeding dari IAEA. Dengan demikian, lembaga itu dijadikan sebagai pusat kerja sama IAEA untuk penelitian dan pengembangan pertanian berbasis iptek nuklir di kawasan Asia-Pasifik.

Negara negara Afrika yang tergabung di skema AFRA IAEA tertarik untuk mempelajari pemanfaatan Iptek nuklir di kawasan regional lainnya, salah satunya adalah regional Asia Pasifik, khusus untuk regional Asia Pasifik.

Pelatihan yang diberikan antara lain pada 4 hingga 15 November 2019, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Batan memberikan pelatihan kepada 32 peneliti dari negara-negara Asia-Pasifik dan Afrika terkait ilmu pemuliaan mutasi tanaman.

Peserta pelatihan yang hadir berasal dari China, India, Bangladesh, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Malawi,  Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka dan Togo.

Melalui implementasi teknologi nuklir, Indonesia menghasilkan berbagai varietas unggul seperti padi, kedelai, kacang hijau,sorgum, kacang tanah, kapas, dan gandum tropis. (rfr)