RI-1

Kastara.id, Jakarta – Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli menyatakan siap memimpin Indonesia ke depan agar lebih baik, adil, dan makmur. “Saya siap memimpin Indonesia untuk menjadi lebih baik,” kata Rizal Ramli di kediamannya di Jalan Bangka, Jakarta Selatan, Senin (5/3).

Rizal Ramli yang akrab dipanggil RR ini mengaku, sejak mahasiswa 40 tahun lalu dirinya terus berjuang agar bangsa Indonesia lebih sejahtera.

Menurutnya, selama ini dirinya sudah pernah merasakan, baik itu di luar sistem maupun di dalam sebuah sistem pemerintahan. Selama di luar sistem, atau sejak mahasiswa dirinya bahkan pernah ditangkap oleh pemerintahan otoriter.

“Bahkan sempat dipenjarakan oleh pemerintah otoriter waktu itu di Guntur dan Sukamiskin,” katanya.

Rizal mengakui, selama ini ada banyak ide, pandangan dirinya yang disampaikan dalam forum terbuka yang terkait dengan perbaikan Indonesia, digunakan sebagai kampanye dan pencitraan semata. Ide-ide tersebut, lanjutnya, hanya sebagian kecil idenya yang diimplementasikan.

“Berbagai ide tentang perbaikan Indonesia, baik bidang politik, ekonomi, sering kami jelaskan secara terbuka. Banyak yang menggunakannya sebagai bahan kampanye, berkali-kali, tetapi sedikit sekali yang dilaksanakan,” ucap Rizal.

Akhirnya Rizal pun memutuskan bahwa ide perbaikan tersebut harus dilaksanakan sendiri. Alasan inilah yang pernah mendorong dirinya mau bergabung dengan kekuasaan Gus Dur.

Saat diberikan kewenangan penuh di era Gus Dur yang hanya selama 24 bulan, dirinya mengklaim bisa melaksanakan sejumlah gagasan secara maksimal. Hasilnya, dalam 21 bulan tercipta pertumbuhan ekonomi (economic growth) dari yang sebelumnya hanya 0,62 persen pada 1999 menjadi ke 4,6 persen pada 2000 dan 3,83 persen pada 2001.

“Utang luar negeri berkurang US$ 4,15 miliar, ekspor naik dua kali lipat, gaji PNS naik dua kali (125 persen), serta rasio gini terendah sepanjang sejarah, yakni 0,31,” ungkapnya.

Diingatkan, saat ini dalam banyak kasus lain, presiden telah diintervensi oleh kekuatan-kekuatan besar di dalam dan luar negeri. Intervensi itulah yang menyebabkan banyak kebijakan yang baik justru dibatalkan. “ltulah alasan mengapa saya memutuskan siap untuk memimpin Indonesia tahun 2019-2024,” ucapnya.

Alasan lainnya yakni dirinya merasa ada perasaan kurang nyaman, kegelisahan kolektif sebagai bangsa dalam berbagai hal seperti contohnya kerukunan berbangsa, keadilan, dan demokrasi.

“Saya selalu memperjuangkan Indonesia yang demokratis dan lebih baik. Tetapi ironis bahwa ada gejala kemunduran demokrasi. Ada keinginan terselubung untuk kembali ke sistem semi otoriter. Demokrasi saat ini tidak membawa kemakmuran, kecuali untuk kalangan elite. Kami ingin mengubah demokrasi sehingga dapat membawa kebaikan untuk semua,” ucapnya. (danu)