Jangan Sendirian

Kastara.ID, Depok – Ada teror tak henti-hentinya di film Jangan Sendirian, besutan sutradara X.Jo. Adrenalin kita seolah ber-jetcoaster sekitar satu jam. Film hasil kerja sama Lensa Dewa Sinema dan AdGlow Pictures ini mencoba sentuhan baru dalam genre film horor.

Muasalnya cerita horor itu memang dibangun untuk menghadirkan rasa takut, cemas hingga teror. Sejatinya orang memang akan menghindari hal-hal tersebut meski pada saat bersamaan juga menimbulkan rasa penasaran. Sensasi horor itulah yang ingin dieksploitasi secara maksimal dalam film Jangan Sendirian.

Menurut sang sutradara, X.Jo, film ini menghadirkan sesuatu yang baru dalam jagat film horor Tanah Air. Unsur drama diminimalkan. Sebaliknya teror sudah ditebar dari menit-menit awal, terus berlanjut hingga akhir.

Jadi kita diajak untuk mengikuti kisah seru empat anak muda dengan setting yang berbeda-beda. Tapi pengikatnya, mereka sama-sama sedang sendirian. Lihatlah, tokoh pertama (Agatha Valery)  tiba di sebuah rumah dan segera mengalami serangkaian kejadian aneh dan menyeramkan. Tokoh  yang lain (Henry Boboy) sedang berada di kantor hingga larut malam, juga mengalami teror yang sama. Begitu juga teror yang dihadapi dua karakter berikutnya, wanita yang sedang berolahraga di tepi pantai (Jasi Michele Tumbel) dan pengendara yang sedang melaju di jalan raya (David John Scaap). Mereka berhadapan dengan sosok-sosok misterius yang mengerikan dan berbahaya.

Tapi sebenarnya apa yang membuat mereka mengalami teror menakutkan? Apa sebenarnya yang mempertautkan mereka, di samping bahwa mereka memang sedang sendirian?

Kalau kita bercermin pada film-film horor yang sukses menarik minat penonton, pada umumnya menampilkan protagonis yang menarik simpati penonton. Hal itu dibangun dari jalinan kisah yang dialami karakter.

Film Jangan Sendirian juga meneror penonton dengan memanfaatkan kejutan (jumpscare). Teknik ini terbukti manjur, tetapi ketika digunakan terlalu berlebihan akhirnya malah kehilangan efeknya. Itulah yang terjadi ketika di separuh film penonton terus dibombardir dengan kengerian demi kengerian hingga lama-lama jenuh juga. Harusnya xJo menjaga ramuan menakut-nakutinya itu. Biar tak bikin bosan.

Film minimalisasi dialog ini menggulirkan kejadian yang dialami oleh para karakternya seolah tanpa perlu memahami latar belakang dan konteks masalah. Penonton secara intens disuguhi teror dari makhluk-makhluk halus yang entah datang dari mana dan untuk apa. Selain itu, seperti diutarakan X.Jo, karakter makhluk halus yang ditampilkan berbeda dengan film horor klasik, semisal pocong, kuntilanak, dan genderuwo. Sebagai gantinya, tampil sosok-sosok imajiner yang tak kurang menyeramkan, namun belum dikenal oleh penonton. Entah setan dari mana!

Tapi bagi yang sudah agak jenuh dengan hantu konvensional, film ini bisa menjadi alternatif yang menyegarkan. Apalagi, sutradara cukup berani dan serius dalam menampilkan efek visual (CGI) untuk menghadirkan sosok-sosok yang menyeramkan. Tapi bagi yang sudah dekat dengan hantu “konvensional” melihat film ini efek seramnya seolah jadi kurang greget.

Sayangnya film ini jadi penampilan terakhir dari aktor gaek Robby Sugara yang meninggal pada 2019 lalu, tak lama setelah menyelesaikan syuting film ini. Bisa jadi hal ini malah jadi nilai lebihnya.

Meski sempat tertunda penayangannya, film ini kini sudah dapat disimak di layar lebar Tanah Air. Selain di Indonesia, Jangan Sendirian diputar di negara Asean semisal Brunei, Vietnam, Laos  Kamboja, Malaysia, dan sebagainya. (issahib)