Tri Rismaharini

Kastara.ID, Jakarta – Rendahnya kepercayaan publik terhadap partai politik (parpol) tentu sangat memprihatinkan. Ada beberapa penyebabnya.

“Pertama, parpol dinilai kurang memperjuangkan aspirarasi rakyat. Berbagai persoalan rakyat terkesan diabaikan parpol. Kasus minyak goreng misalnya, terkesan parpol pemerintah tidak berpihak kepada rakyat. Bahkan ada parpol yang justeru mengeritik rakyat yang antri minyak goreng,” ungkap Pengamata Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta kepada Kastara.ID, Selasa (5/4) siang.

Jadi, menurut Jamil, parpol dinilai tidak peka terhadap kesulitan rakyat. Akibatnya, parpol dinilai tidak aspiratif karena tidak memperjuangkan persoalan rakyat.

Kedua, kader parpol masih banyak yang melakukan tindak korupsi. Perilaku koruptif ini menciderai rasa keadilan rakyat yang hidup dalam kesusahan.

“Hal itu sangat dirasakan rakyat saat dana bansos dikorupsi oleh kader parpol tertentu. Perilaku seperti itu membuat rakyat tidak percaya terhadap parpol,” imbuhnya.

Ketiga, adanya parpol yang mengusung penundaan pemilu dan presiden tiga periode. “Apa yang diperjuangkan parpol tersebut sangat bertentangan dengan harapan rakyat. Padahal, hasil survei menunjukkan, mayoritas rakyat tidak menghendaki penundaan pemilu dan presiden tiga periode,” jelas Jamil yang juga mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta ini.

Jadi, banyaknya sikap dan perilaku kader parpol yang tidak aspiratif, membuat rakyat tidak percaya kepada parpol. Sikap dan perilaku demikian seharus dijauhkan agar rakyat kembali percaya kepada parpol.

“Selain itu, parpol harus dapat menekan kadernya menjauhi perilaku koruptif. Kalau kader parpol bersih dari korupsi maka kepercayaan rakyat kepada parpol dapat pulih kembali,” pungkasnya. (dwi)