Jokowi dan Iriana menerima kedatangan dan menyalami para wakil negara yang hadir serta melakukan foto bersama di area bernuansa hutan hujan tropis yang dilatari layar besar bergambar Ibukota Nusantara (IKN).

Visual Creative Consultant KTT ke-43 ASEAN, Elwin Mok mengatakan, area penyambutan memang menjadi salah satu titik penting sebagai ‘pengalaman pertama’ bagi para tamu undangan dalam berkegiatan di Indonesia.

“Di titik inilah, keunikan dan suasana batin dapat mulai dibangun, yang diharapkan membawa dampak positif bagi keseluruhan penyelenggaraan KTT,” ujar Elwin, Rabu (6/9).

Menurut Elwin, area penyambutan pada KTT tersebut menghadirkan alam Indonesia berupa hutan hujan tropis dan air terjun di dalam lobi JCC, yang terletak di jantung kota metropolitan Jakarta.

“Pendekatan ini mencerminkan bagaimana Indonesia dan ASEAN, sesuai tema ‘ASEAN Matters: Epicentrum of Growth’, pusat pertumbuhan dunia, terus berkomitmen menjaga kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem demi masa depan dunia yang lebih baik,” urai Elwin.

Dia menyampaikan, eratnya kerja sama antarnegara ASEAN seakan menjadi mata air yang akan terus-menerus menyuburkan pertumbuhan dunia.

“Dipadu dengan layar besar multimedia yang menampilkan siluet Istana Presiden di IKN, area penyambutan ini mensimulasikan pengalaman kembali ke alam,” ucapnya.

Perempuan berprofesi sebagai perangkai bunga dan dekorator di area penyambutan tamu-tamu negara, Dina Touwani mengatakan, beautifikasi venue yang dilakukan di JCC sebenarnya berawal dari KTT G20 di Bali. Saat itu dirinya bertugas mempercantik alam di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang digunakan saat jamuan makan malam tamu negara.

“Pada KTT ASEAN ini, kami ingin menyuguhkan sesuatu yang indah, tanpa mengubah banyak struktur gedung. Idenya adalah membawa hutan ke dalam ruangan,” kata Dina.

Menurut Dina, dengan latar belakang IKN, ini mencerminkan masa depan Indonesia yang tetap mengedepankan kelestarian alam dan lingkungan yang hijau.

Dina mengungkapkan, dalam menata ruangan di area penyambutan itu banyak tantangan yang dihadapi antara lain mencari jenis jenis tanaman hutan, mencari pohon-pohon besar yang bisa membentuk hutan dalam ruangan, menambah unsur air maupun tanaman air yang bisa sesuai dengan habitatnya, dan ruangan yang menggunakan penyejuk udara.

Ratusan jenis tanaman dan pepohonan ditampilkan di miniatur hutan yang luasnya sekitar 2.000 meter persegi, seperti pakis, anggrek, randu, palem, lontar, pule, pohon mahogany, pohon beringin, angsana dan ulin.

“Kami mencari tanaman dan pepohonan melalui riset dan mencari langsung ke hutan di sekitar Jawa Barat. Tanaman dan pohon ada yang disewa dan ada yang dibeli. Kami juga memberdayakan para petani untuk menyuplai tanaman,” kata Dina.

Dina menambahkan, hadirnya hutan hujan tropis di KTT ke-43 ASEAN tersebut tak lepas dari sumbangsih para petani bunga dari Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Lembang.

“Apresiasi kami setinggi-tingginya kepada seluruh petani bunga dan tanaman yang turut menghadirkan hutan hujan tropis ini. Gotong royong mereka sungguh luar biasa,” katanya.

Dina dan tim membutuhkan waktu satu bulan untuk persiapan hutan hujan tropis. Sedangkan untuk menata tanaman dan aneka ragam bunga memakan waktu hingga enam hari.

“Kami membuat hutan ini sealami mungkin. Di hutan ini kita juga menonjolkan anggrek Indonesia,” ujarnya.

Dina sendiri sudah hobi menata tanaman sejak kecil. Ia pun sudah menekuni profesi sebagai perangkai bunga dan dekorator selama 25 tahun. Dalam keseharian, ia dan timnya lebih banyak menggarap acara pernikahan.

“Sering juga terlibat kegiatan negara yang berskala nasional dan internasional sejak zaman Presiden Soeharto, Presiden Habibie, dan juga Presiden Jokowi untuk KTT ASEAN ini,” tandas Dina. (hop)