Palgunadi

Oleh: Jaya Suprana

NASKAH “Ketidakadilan Pendidikan Gegara Corona” (6 Juni 2020) memperoleh tanggapan dari mahaguru berpikir lurus saya, sang mantan Kepala Staf Umum Tentara Nasional Indonesia Letjen Purnawirawan Johannes Suryo Prabowo sebagai berikut:

Pendidikan
“Kalem aja, pendidikan itu cuma buat orang yang agak kurang cerdas, kalau yang sudah cerdas bisa belajar dari lingkungannya saja cukup lah. Saya punya putra setelah SMP gak mau sekolah lagi karena gak boleh jadi tentara, ketika dimarahi dia malah kabur. Sekarang usianya 28 tahun dia menjadi direktur di 12 perusahaan dan komisaris di 4 perusahaan meski hanya lulusan SMP. Kata kuncinya mau dan mampu “belajar sesuai yang dibutuhkan untuk hidup,” bukan belajar cuma untuk gengsi dengan pamer ijazah”

Bambang Ekalaya
Tanggapan mengenai pendidikan oleh seorang mantan Gubernur Timor Timur penerima anugrah Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama sebagai lulusan taruna terbaik di AKABRI ini penting dan perlu dihayati secara lebih luas dan mendalam. Pada hakikatnya Perwira TNI AD korps Zeni ini berupaya mengingatkan kita semua bahwa pendidikan formal bukan segala-galanya yang mutlak menentukan mutu kehidupan setiap insan manusia dengan menampilkan kisah putranya yang tidak mau sekolah lagi setelah lulus SMP. Tanpa menyandang ijazah SMA apalagi gelar akademis apa pun, putra Letjen Suryo Prabowo kini pada usia 28 tahun terbukti menjadi direktur di 12 perusahaan dan komisaris di 4 perusahaan.

Bagi saya, putra Suryo Prabowo adalah personifikasi kontemporer Palgunadi yang secara otodidak berhasil menguasai ilmu memanah. Palgunadi sempat ditolak untuk menjadi murid Durna namun kemudian membuat patung Durna yang secara spiritual diangkat menjadi guru memanah Palgunadi di tengah hutan belantara. Dengan bekal semangat belajar batiniah pada patung Dorna, Palgunadi bahkan berjaya mengungguli Arjuna yang secara magna summa cum lauda meraih gelar doktor ilmu memanah alumnus Universitas Hastinapura di bawah bimbingan langsung Profesor Durna.

Semangat Belajar
Kisah kejayaan putra Letjen TNI Purnawirawan Johannes Suryo Prabowo merupakan suri teladan nyata bagi sesama warga Indonesia yang tidak mampu menempuh pendidikan online gegara Corona akibat tidak mampu membeli peralatan teknologi telekomunikasi audio visual untuk sama sekali tidak berkecil hati. Dengan semangat kemandirian untuk belajar, belajar dan belajar bukan dari sekedar lembaga pendidikan formal namun justru dari kenyataan lingkungan hidup.

Bukan tanpa alasan Ki Hajar Dewantara lebih mengutamakan istilah pembelajaran ketimbang pendidikan. Suryo Prabowo Putra dengan semangat otodidak telah berhasil menempuh pembelajaran hidup secara gilang-demilang seperti yang telah dilakukan oleh Bambang Ekalaya versi Mahabharata alias Palgunadi versi Wayang Purwa.

Telah tercatat dengan tinta emas di lembaran sejarah Nusantara bahwa Mulawarman, Purnawarman, Airlangga, Hayam Wuruk, Gajah Mada, Tribuana Tungga Dewi dan lain-lain tokoh Nusantara telah terbukti berjaya jauh sebelum produk industri pendidikan sistem peradaban Barat diekspor ke persada Nusantara.

MERDEKA! (*)

* Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan.