Inflasi

Kastara.id, Jakarta – Nilai tukar rupiah pada transaksi antarbank di Jakarta, Selasa (8/5) petang, kembali bergerak melemah sebesar 50 poin dan menembus Rp 14.000 per dolar AS. Pada hari sebelumnya masih tertahan pada Rp 13.993 per dolar AS.

Selasa (8/5) petang, Rupiah ditransaksikan pada Rp 14.043 per dolar AS, melemah 50 poin dibanding posisi kemarin.

Menurut Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed di Jakarta, dolar AS mengalami apresiasi seiring pasar tenaga kerja di Amerika Serikat secara umum masih solid, sehingga diperkirakan The Fed melanjutkan normalisasi kebijakan moneter.

“Belum ada bukti ekonomi AS mengalami ‘overheating’ sehingga skenario yang paling mungkin terjadi adalah dua kali kenaikan suku bunga The Fed pada tahun 2018,” katanya.

PDB Indonesia yang tumbuh sebesar 5,06 persen (year on year) pada triwulan pertama 2018, di bawah proyeksi pasar yang sebesar 5,2 persen turut mempengaruhi pergerakan mata uang rupiah.

“Konsumsi konsumen faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Namun, hal itu mungkin berubah pada kuartal berikutnya. Optimisme terhadap ekonomi Indonesia dan prospek pertumbuhan masih dapat membaik jika konsumsi meningkat,” katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan kenaikan yield obligasi Amerika Serikat dan penguatan data ekonomi AS secara umum turut membuat mata uang dolar AS kembali terapresiasi.

Ariston mengatakan bahwa pelaku pasar yang sedang mengantisipasi pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang kemungkinan akan membahas kelanjutan dari kebijakan moneter The Fed turut mempengaruhi pergerakan mata uang di negara berkembang.

Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (8/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp 14.036 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.956 per dolar AS.

Sementara nilai tukar rupiah pada transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa (8/5) pagi bergerak melemah sebesar 35 poin menjadi Rp 14.028 dibanding posisi sebelumnya Rp 13.993 per dolar AS. (mar)