Tertawa

Oleh: Jaya Suprana

GEGARA pageblug Corona saya memperoleh cukup banyak kesempatan mengenang masa lalu. Antara lain pada masa studi di Jerman, sebagai pengagum kaum Jesuit  non tersohor cendekia itu kebetulan saya beruntung kos di asrama mahasiswa kaum Jesuit.

Dari perbicangan dengan kaum Jesuit, saya mulai terinspirasi untuk mempelajari apa yang disebut sebagai humor sehingga kemudian mendirikan Perhimpunan Pencinta Humor. Dari kaum Jesuit, saya juga memperoleh kesadaran humorologis bahwa hakikat humor adiluhur bukan menertawakan orang lain namun diri sendiri. Humor menertawakan diri sendiri hadir pada  kisah Sri Paus Fransiskus yang kebetulan juga seorang Jesuit ditangkap polisi ketika mengemudi limo dengan kecepatan tinggi: sebagai berikut:

Sri Paus
Setelah memasukkan seluruh koper Sri Paus Fransiskus ke dalam bagasi limo dinas kepausan di parkiran VVIP bandara Leonardo da Vinci, pengemudi limo melihat Sri Paus masih belum kunjung mau masuk limo.

“Maaf, Yang Mulia,” kata sang sopir, “Mohon masuk ke dalam mobil agar kita bisa segera berangkat“.

Sri Paus menjawab, “Sebenarnya saya ingin menyupir sebab di Vatikan saya tidak boleh menyupir sendiri!” “Aduuh, jangan! Saya akan dipecat! Dan apa yang terjadi apabila terjadi kecelakaan!“ ratap sang supir.

Sri Paus memaksa, “Saya akan memberkati kamu ekstra apabila kamu membiarkan saya menyupir mobil ini!“. Terpaksa sang supir menyerah lalu duduk di kursi belakang, sementara Sri Paus segera tancap gas limo langsung ke kecepatan 150 km per jam.

“Jangan cepat-cepat, Yang Mulia!“ teriak sang supir yang tidak dipedulikan oleh Sri Paus yang malah makin tancap gas sampai kecepatan 200 km per jam sampai mendadak terdengar suara sirene meraung-raung dan seorang polisi menghentikan limo yang dikemudi Sri Paus.

“Aduuuh, saya akan kehilangan SIM saya!“ keluh sang supir. Sri Paus menghentikan limo dan dengan tenang membuka jendela limo sehingga sang polisi bisa melihat siapa yang sedang mengemudi limo Vatikan. Langsung sang polisi bicara lewat radio dengan Kepala Polisi, melapor bahwa barusan menyetop sebuah limo melaju dengan kecepatan 200 km per jam.

“Tangkap dia!“ teriak sang kepala polisi.

Polisi menyarankan, “Sebaiknya jangan, Pak, sebab tampaknya sang pemilik limo adalah VVIP!“.

Sang kepala polisi makin marah, “Justru tangkap VVIP tidak tahu diri itu.“

Sang polisi, “Jangan Pak, sebab dia benar-benar luar biasa VVIP.“

Siapa dia? Walikota?”, “Lebih tinggi, pak!”, “Gubernur?“, “Lebih tinggi!”, “Presiden?”, “Lebih Tinggi!”, Haah, Tuhan?”, “Benar, pak!”, “ Kok, bisa-bisanya kamu bilang dia Tuhan?“, “ Sebab supirnya saja Sri Paus, Pak!“

Tabrakan
Masih humor mobil: Seorang romo Jesuit mengemudi mobil tabrakan dengan mobil lain. Ternyata pengemudi mobil lain itu seorang romo Fransiskan. Sebagai sama-sama abdi Tuhan nan saleh, kedua belah pihak sama-sama mengaku bersalah dan siap bertanggung-jawab atas kecelakaan tersebut. Terutama romo Jesuit sangat mengkhawatirkan kondisi romo Fransiskan, lalu menawarkan sebuah termos berisi minuman keras untuk diminum romo Fransiskan. Setelah romo Fransiskan minum beberapa teguk, romo Jesuit menawarkan untuk minum lebih banyak lagi. Romo Fransiskan berterima kasih.

Anda baik sekali, tetapi kenapa anda sendiri tidak minum?“ Romo Jesuit tenang menjawab, “Oh, saya baru akan minum setelah polisi datang dan selesai memproses kecelakaan ini!

Tuhan
Untuk dapat menangkap inti makna kisah terakhir ini, perlu diketahui bahwa para Romo Jesuit menyandang gelar S.J. sebagai akronim dari Society of Jesus: Seorang Fransiskan dan Domikan berdebat mengenai ordo siapa yang terbaik. Mereka berdebat tanpa akhir sampai sepakat nanti akan tanya langsung ke Tuhan di surga. Setelah sama-sama meninggal dunia, di surga mereka berdua bertanya ke Tuhan mengenai ordo siapa yang terbaik. Tuhan bingung tidak bisa langsung menjawab maka minta waktu untuk berpikir dan berjanji akan mengirimkan jawaban secara tertulis. Beberapa hari berselang, sang Fransiskan dan Dominikan masing-masing menerima sepucuk surat dari Tuhan berisi pesan: Anak-anakKu yang Kukasihi, Lebih baik kalian jangan berdebat mengenai ordo siapa yang terbaik. Bagi Aku semua ordo sama baiknya. Salam dalam Kasih dari: TUHAN S.J. (*)

* Penulis adalah pendiri Perhimpunan Pencinta Humor.