Kastara.ID, Jakarta – Aktivis Malala Yousafzai diserang netizen di media sosial di Pakistan lantaran hasil wawancaranya dengan majalah Vogue dirilis, mempertanyakan perlunya menikah.

Dalam komentarnya, peraih Nobel Perdamaian 2014 ini mengatakan, dirinya masih tidak paham “mengapa orang harus menikah”.

“Jika Anda ingin memiliki seseorang dalam hidup Anda, mengapa Anda harus menandatangani surat nikah, mengapa tidak bisa menjadi mitra?” ujarnya (7/6).

Dia kemudian mengatakan, ibunya menasihatinya agar menikah karena “pernikahan itu indah”.

Malala juga mengatakan bahwa dia juga nongkrong di pub dengan kawan-kawannya dan berbagi pandangannya soal memakai jilbab merupakan “kultural”.

Tidak lama setelah itu, tagar #ShameOnMalala menjadi trending di Pakistan.

Komentarnya dinilai meremehkan apa yang dianggap banyak orang sebagai institusi suci di negara mayoritas muslim.

Malala mendapat tuduhan konspirasi bahwa korban penembakan Taliban itu menjadi agen anti-muslim dari nilai-nilai dan pengaruh Barat, hingga penghinaan langsung, dan bahkan ancaman pemerkosaan dan pembunuhan.

Ada juga komentar yang menyalahkan Taliban karena gagal “mencapai satu target sempurna” mengacu pada upaya pembunuhan Malala beberapa tahun lalu.

Menanggapi hal tersebut, ayah Malala, Ziauddin Yousafzai membalas orang-orang yang dia gambarkan sebagai “buzzer” yang menurutnya telah mengomentari putrinya di luar konteks.

“Media sosial salah menafsirkan apa yang dia katakan, mengambil hal-hal selektif di luar konteks mengubahnya dan menafsirkannya,” jelasnya.

Beberapa pengguna Twitter yang lain juga membela Malala. “Sangat anggun. Tetap berkembang. Kami bangga padamu,” tulis salah satu pengguna Twitter.

Sebagai informasi, Malala dikenal karena melakukan advokasi hak asasi manusia, terutama pendidikan perempuan dan anak-anak di Lembah Swat asalnya di Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan barat laut, di mana Taliban Pakistan setempat terkadang melarang anak perempuan bersekolah.

Advokasinya telah berkembang menjadi gerakan internasional, dan menurut mantan Perdana Menteri Pakistan Shahid Khaqan Abbasi, Malala telah menjadi “warga negara paling terkemuka” di negara itu. (har)