Kastara.ID, Jakarta – Kepemimpinan Suharso Monoarfa mulai digugat. Kader-kader para tokoh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyikapi dengan merapatkan barisan membentuk Pergerakan Penyelamat PPP di salah satu hotel jaringan internasional di Jakarta.

“Marwah PPP sebagai Rumah Besar Umat Islam yang madani wajib dikembalikan, dan itu tidak tampak dari kepemimpinan bapak Soemo (panggilan akrab Suharso Monoarfa) selaku ketua umum kami,” ujar Habil Marati, kader senior PPP, usai didaulat menjadi Ketua PP PPP (9/6).

Dijelaskannya, PP PPP merupakan bentuk kepedulian sekaligus keprihatinan terhadap organisasi politik yang sudah mendarah daging ditekuni di mana kiprahnya sekarang ikut terdegradasi di bawah kepemimpinan Soemo.

Hal senada diungkap Ahmad Farial, yang bersama-sama Habil Marati juga yang hadir pernah mewakili sebagai anggota DPR RI daerah pemilihan masing-masing. Seperti Syahrial Agamas mantan Ketum Gerakan Pemuda Ka’bah, Anwar Sanusi, Irene Putri Hari Rusli (Ketum Perti saat fusi 1973), Rachman Yakub aktor kondang Dunia Terbalik, Hasan Husaeri Lubis tokoh aktivis HMI, Nizar tokoh aktivis Pelajar Islam Indonesia.

“Kami tidak ingin PPP dijadikan pelengkap penderita, yang terus membebek,” ujar Farial, Wakil Ketua PP PPP. “Padahal, dalam percaturan politik nasional, PPP itu menjadi satu dari tiga partai politik pilihan semasa Orde Baru.”

Syahrial Agamas mengakui telah memetakan “dosa” Soemo. Mulai kebijakan yang kontroversi terkait kepengurusan daerah-daerah, persoalan rumah tangga yang rumit, hingga “menyerahkan” mandat PPP masuk Koalisi Indonesia Bersatu.

“Memang Soemo itu ketua umum kami tetapi bukan berarti sekonyong-konyong membebek dengan gonjang-ganjing percaturan politik saat ini, yang seperti masih Test on the Water,” ujar Syahrial, mantan Ketum GPK PPP didampingi Sekjen Ikatan Alumni GPK PPP, Taryono Asa.

Sebelumnya, Selasa (7/6), puluhan massa tergabung dalam Gerakan Penyelamat Kabah (GPK) menggeruduk kantor pusat PPP di Jalan Pangeran Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Mereka menggelar Karpet Merah bertujuan ditapaki Ketum Suharso Monoarfa keluar dari kantor PPP.

“Jangan biarkan PPP semakin ambruk, terpuruk. Maka itu, karpet merah ini kami tujukan pada Suharso Monoarfa agar legowo hengkang dari kursi jabatannya sebagai Ketua Umum PPP,” tandas Rohmad, koordinator aksi GPK, dikutip media.

Dijelaskannya, PPP membutuhkan figur yang mampu membangun elektabilitas partai untuk mengantarkan kadernya ke parlemen. “Sosok itu tidak ada di Suharso Monoarfa, yang masih dililit urusan rumah tangga,” ujar Rohmad, mengaku usai membawa aspirasi mengusung Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI), LaNyalla Mahmud Mattalitti sebagai Ketum PPP baru. (*)