Suzuki Mazda Yamaha

Kastara.id, Jakarta – Kasus yang menyeret beberapa merek asal Jepang yaitu Mitsubishi, Nissan, dan Subaru perihal pemalsuan data konsumsi BBM maupun emisi gas buang masih belum akan berakhir. Belakangan bertambah lagi nama prinsipal asal Jepang lainnya. Setidaknya ada tiga merek lain asal Jepang yang juga mengakuinya, yaitu Suzuki, Mazda, dan Yamaha.

Seperti dilansir Nikkei Asian Review, sebelumnya pihak Kementerian Lahan, Infrastruktur dan Transportasi telah mengkonfirmasi drngan meminta beberapa pabrikan untuk memberikan laporan mengenai kondisi tersebut. Berdasarkan random sampling yang dilakukan, faktanya data yang ditemui cukup mengejutkan.

Beberapa mobil ditemukan dengan kondisi pengujian yang keliru. Suzuki sendiri melakukan pengujian dengan metode yang tak seharusnya pada 6.401 unit mobil dari total 12.819 unit sejak tahun 2012. Sementara hal serupa ditemui pada 72 unit dari 1.875 unit Mazda yang diuji sejak 2014. Sedangkan Yamaha juga ditemukan sebanyak 7 unit dari 335 unit sejak tahun 2016.

Pihak Mazda pun langsung membantah dengan menyebutkan bahwa tidak ada pengujian yang dilakukan oleh Mazda yang tak sesuai dengan ketetapan dalam metode JC08 maupun WLTP. Jumlah 72 unit memang tak banyak, tapi tetap menjadi bukti yang sahih yang akan menentang pernyataan dari pihak Mazda sendiri.

Pada konferensi pers Kamis (9/8) kemarin, President Suzuki Motor Corp. Toshihiro Suzuki dengan jelas mengucapkan permintaan maaf mereka, dan mengatakan bahwa pihaknya akan menghadapi masalah ini dengan serius. Suzuki-san menyebutkan bahwa pihaknya merasa gagal dalam mengedukasi staf mereka secara mendalam dan benar. Namun pihak Suzuki tak mengadakan program recall apa pun terkait masalah ini.

Sementara pihak Mazda yang diwakili oleh Senior Managing Executive Officer Kiyotaka Shobuda menyebutkan bahwa tidak ada penurunan kualitas dari produk Mazda yang terkena masalah ini. Pihaknya juga menjamin Mazda akan lebih ketat lagi dalam hal inspeksi dan mencegah hal semacam ini terjadi lagi di masa depan.

Menteri Transportasi Jepang Keiichi Ishii menyebutkan bahwa kondisi ini sepenuhnya mengecewakan dan makin membuat konsumen merasa ragu akan kualitas dari kendaraan yang mereka beli. Demikian pula dengan quality control operasional yang dilakukan pabrikan. Salah satu efek yang terjadi pada kedua merk mobil ini adalah merosotnya saham hingga 5 persen. (dwi)