Jagung

Kastara.ID, Jakarta – Pihak pengusaha (stakeholder) pengolahan Jagung Rendah Aflaxtoxoin (JRA) di Indonesia menyambut baik kerjasama antar Perkumpulan Produsen Pemurni Jagung Indonesia (P3JI), Kementerian Pertanian (Kementan), Pemerintah Daerah dan Kelompok tani. Dengan adanya kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dalam mendapatkan bahan baku lokal yang berkualitas dan memenuhi standar yaitu kadar aflatoksin dibawah 20 ppb (per part billion).

Direktur Jenderal Taman Pangan Kementan Suwandi menyatakan, kunci dari produksi jagung JRA ini adalah proses panen dan pasca-panennya. Suwandi meminta petani untuk menjalankan prosedur-prosedur yang harus dijalankan, sehingga hasil panen bisa optimal.

Terkait dukungan alat Kementan, Suwandi menambahkan telah memberikan bantuan alat panen Corn Combine Harvester dan mesin pengering jagung vertikal (dryer).

“Saya Harap dengan bantuan ini petani bisa bersemangat dan bisa meluaskan lagi usahanya, hal ini sesuai dengan arahan bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan nilai tambah bagi petani selama pandemik seperti sekarang” kata Suwandi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (11/2).

Salah satu perusahaan yang mengapresiasi kerja sama ini adalah PT Tereos FKS Indonesia. Perusahaan ini mengolah JRA menjadi pati jagung, Glucose, Fructose, Dextrose, dan Maltodextrin untuk memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri. Semua produk yang dihasilkan merupakan pemanis rendah kalori ini bisa berperan menggantikan penggunaan gula rafinasi impor.

Menurut Presiden Direktur PT Tereos FKS Indonesia, R. Wiswan Djaja, perusahaannya siap membeli jagung (JRA) dengan harga premium dan lebih baik dari harga yang dibeli pabrik pakan saat ini.

Wisman menambahkan, dengan adanya kerja sama dengan petani Lampung Selatan perusahaan nya memiliki opsi pembelian bahan baku, selama ini baru petani di Lombok Timur yang mampu menghasilkan JRA dalam skala usaha cukup besar.

Berdasarkan data dari BPS diperkirakan kebutuhan akan JRA sebesar 1 juta ton/tahun dan setiap tahunnya meningkat. Penggunaan terbesar oleh industri pangan seperti PT Tereos. “Saya berharap program ini dapat terus ditingkatkan dan dilakukan secara kontinu oleh para petani jagung sehingga pasokan dalam negeri mudah didapat,” ungkap Wisman.

Salah satu kelompok tani yang sudah mulai mengembangkan JRA ini ada di Kabupaten Lampung Selatan. Ketua Poktan Tani Maju Solihin menyebut, uji coba produksi akan dimulai pada musim panen bulan maret nanti, dan telah menanam jagung pada lahan seluas 25 hektar.

“Saya dan kelompok siap dan sangat semangat menanam jagung ini (JRA), kami juga akan meniru petani di Lombok Timur sesuai arahan dari Kementan,” ucap Solihin.

Ia berharap semua produk jagung dari lahan tersebut mampu menjadi jagung rendah aflatoxin dan siap dikirim kepada PT Tereos FKS Indonesia.

Terkait pendampingan di lapangan, Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dah Hortikultura Provinsi Lampung (Distan) menyatakan kesiapannya.

Kepala Seksi Pascapanen dan Pemasaran Distan Lampung Sri Wuryaningsih mengatakan, akan terus mendampingi petani baik dalam proses pertanaman hingga proses panen.

“Untuk kondisi pertanaman kami akan kawal melalui PPL dan POPT, selain itu kami juga akan terjun langsung mengawal proses panen, dan mengoptimalkan bantuan alat-alat produksi dari Kementan,” sebutnya. (hop)