Haji

Kastara.id, Jakarta – Mantan Deputy Senior Bank Indonesia Anwar Nasution menilai Menteri Agama keliru karena membeli kain ihram buatan China untuk jemaah haji Indonesia. Tuduhan ini dibantah oleh Plt Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri yang juga Direktur Pengelolaan Dana Haji Ramadhan Harisman.

Menurut Ramadhan, jemaah haji laki-laki yang akan berangkat memang mendapatkan kain ihram, tapi bukan dari Kementerian Agama, melainkan dari Bank Penerima Setoran awal (BPS) Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Sedang untuk jemaah perempuan, mereka mendapatkan mukena.

“Kain ihram untuk jemaah haji reguler dibuat sendiri oleh pengrajin dengan bahan berupa benang nomor 12S dari pabrik benang di dalam negeri,” tegas Ramadhan di Jakarta, Selasa (10/9).

Dijelaskan Ramadhan, benang nomor 12S merupakan benang yang juga digunakan untuk pembuatan handuk. Kain ihram yang dibagikan kepada jemaah oleh BPS, terbuat dari benang nomor 12S tersebut. Kain ihram itu ditandai dengan sablon berwarna hijau bertuliskan “Indonesia”.

“BPS melakukan kontrak pembuatan ihram dengan pengrajin dari Majalaya dan Pekalongan. Pabrik tempat pembuatan kain ihram tersebut menggunakan benang nomor 12S,” tandasnya.

Ramadhan mengakui bahwa ada juga kain Ihram yang dijual di pasaran yang berasal dari China. Namun, dia memastikan kalau kain yang diberikan BPS ke jemaaah reguler buatan dalam negeri.

“Tuduhan bahwa Kementerian Agama memberikan kain ihram buatan China kepada jemaah tidak sesuai fakta,” tegasnya lagi.

Selain kain ihram, jemaah haji reguler asal Indonesia juga mendapatkan kain batik. Kain ini juga diberikan sebagai souvenir dari BPS BPIH. Kain ihram, mukena, dan batik itu diberikan saat jemaah melakukan pelunasan BPIH.

Tahun ini,  Indonesia memberangkatkan lebih dari 200 ribu jemaah haji ke Arab Saudi. Pemberian souvenir berupa kain ihram, mukena, dan batik buatan dalam negeri diharapkan ikut menghidupkan industri menengah ke bawah di Indonesia. (put)