Kapolri

Kaatara.ID, Jakarta — Walau dirumuskan dan ditetapkan lebih dari 75 tahun silam, sejatinya pancasila merupakan sebuah ideologi modern. Pancasila juga menjadi bukti nyata kecerdasan kualitas dan visionernya para pendiri bangsa ini dalam meneropong dan memprediksi tantangan zaman yang bakal dihadapi Indonesia saat ini dan di masa depan.

Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia baik tantangan internal yang menghambat maupun tantangan global yang kompleks membutuhkan keteguhan ideologi. Keteguhan ideologi ini bisa tertanam kuat jika Pancasila menjadi basis karakter semua anak bangsa terutama para pemimpin. Karakter pancasila menjadi kunci bagi Indonesia untuk mengurai semua tantangan yang dihadapi saat ini dan ke depan.

“Tanpa karakter yang kuat dan berakar, sebuah bangsa tinggal menunggu kehancurannya saja. Karakter bukan hanya tanda sebuah negara eksis, tetapi juga ‘kendaraan’ bagi sebuah negara untuk melompat maju. Sebuah negara akan kokoh maju dan tidak terombang-ambang jika mempunyai karakter yang kuat. Tanpa karakter yang kuat dan berakar, sebuah bangsa akan kehilangan generasi penerusnya. Oleh karena itu, karakter harus dibangun dan dibentuk agar sebuah bangsa menjadi bermartabat di mata rakyatnya dan di mata dunia, dan Pancasila adalah basis pembangunan karakter kita,” ujar Fahira Idris di sela-sela Sosialisasi Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, di Kepulauan Seribu, Jakarta (12/4).

Menurut Fahira, sebagai ideologi modern dan visioner Pancasila menjadi jawaban berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini. Misalnya saja, tantangan perkembangan ekonomi yang saat ini ditandai dengan penyatuan dalam perdagangan atau pasar bebas. Pasar bebas yang jadi warna dominan perdagangan di dunia saat ini berpotensi melahirkan manusia-manusia yang menghalalkan segala cara untuk menguasai sumber-sumber ekonomi bahkan yang menjadi hajat hidup orang banyak. Pasar bebas yang sama artinya dengan perebutan pasar, penuh dengan persaingan tidak sehat dan dipenuhi praktik-praktik ekonomi yang tidak berdimensi keadilan terutama karakter serakah yang dalam konteks ekonomi praktiknya nyatanya adalah penguasaan atas aset dan kesempatan (monopoli) yang mematikan kelompok pengusaha kecil.

Jika kita konsisten terapkan ekonomi Pancasila, lanjut Fahira, maka tantangan-tantangan tersebut bisa kita retas. Muara ekonomi Pancasila itu mewujudkan pemerataan sosial. Jika kesenjangan dan ketimpangan ekonomi kecil maka kondisi ekonomi sebuah bangsa tidak akan mudah terguncang. Cara atau strategi menghilangkan kesenjangan dan ketimpangan ekonomi adalah perekonomian disusun sebagai usaha bersama dan berdasarkan atas asas kekeluargaan.

“Koperasi menjadi pondasi dan bekerja secara kooperatif menjadi implementasi. Dari sini akan lahir gelombang besar usaha rakyat baik di desa maupun di perkotaan. Usaha tersebut membuka lapangan kerja dan barang atau jasa yang diproduksi dibeli kembali oleh masyarakat sehingga semua sisi perputaran ekonomi dirasakan rakyat hasilnya,” pungkas Fahira. (dwi)