Kastara.ID, Mina – Syamsuri (70) yang asal Kedungreja dan Mustatir (53) asli Sidareja bertemu saat akan berangkat untuk lontar jumrah aqabah, tepatnya jelang masuk terowongan Muaeshim, Ahad (11/8).

Mustatir mendapati Syamsuri sedang membantu istrinya yang tengah kelelahan. Syamsuri sendiri kondisinya tidak jauh beda, nafas tersengal.

Setelah mendapat perawatan pertama,  istri Syamsuri akhirnya dievakuasi petugas kesehatan untuk dapat tindakan lanjutan. Aqabahnya dibadalkan oleh sang suami yang melanjutkan perjalanan bersama Mustatir.

Aqabah dijalani. Keduanya lalu menuju arah Mina melalui jalur lantai 3; berharap segera bertemu istri, lepas ihram yang sudah dikenakan tiga hari.

Sayang, fisik Syamsuri tidak sekuat Mustatir. Lutut kananya terasa sakit setiap dibawa jalan lebih lima menit. Sempat diperiksa tenaga kesehatan haji Indonesia (TKHI) yang lewat, tapi sepertinya sakit itu masih suka kumat.

Syamsuri dan Mustatir memutuskan untuk istirahat. Berharap ada petugas bawa kursi roda yang belum ada penumpangnya.

Keduanya sedang duduk di pinggir jalan, saat petugas bertemu mereka, 100 meter jelang masuk terowongan. Syamsuri mengeluh, tidak kuat berjalan karena kaki kanannya sakit (dengkul). Sayang, petugas yang menghampiri juga tanpa kursi roda yang diharapkannya.

Jalur Mina Jamarat memang hanya bisa ditempuh jalan kaki. Moda kursi roda boleh, tapi jumlahnya tidak sebanding dengan jemaah yang membutuhkan.

Setelah menerima penjelasan, Syamsuri memutuskan berjalan pelan, semampunya, dibantu Mustatir dan satu petugas haji yang mengapit kiri kanannya.

Ketiganya berjalan perlahan. Seringkali Syamsuri nampak tertatih menahan sakit. Kemampuan lutut kakinya semakin terbatas menahan beban tubuh, di usianya yang mencapai 70. Rerata tiap berjalan pelan sekira 20 meter, Syamsuri minta berhenti, lalu duduk, selonjorkan kaki untuk dipijiti.

Mustatir tampak setia menemani. Diambilkannya minuman yang tersedia di banyak tempat terowongan yang mengarah ke Mina. Sesekali tampak dia ikut bergantian dengan petugas, untuk memijat kaki sohib barunya.

Demikian dan seterusnya. Terhitung, sekira 10 kali mereka duduk beristirahat untuk alasan yang sama. Mustatir setia. Dibantunya Syamsuri setiap kali akan berdiri karena itu menjadi adegan tersulit baginya. “Aduh, sakit,” sering Syamsuri mengeluh saat akan berdiri. Mustatir tak sungkan membantu, sediakan tangannya untuk jadi pegangan.

Perjalanan dilanjutkan hingga menjelang ujung terowongan. Tetiba, Mustatir berkata, “Bapak namanya siapa?” yang kemudian dijawab pria 70 tahun yang kurang sehat itu dengan menyebutkan namanya. “Syamsuri. Kalau bapak?”

“Saya Mustatir,” jawabnya.

Sontak petugas haji yang mendengar percakapan keduanya kaget. Lho, mereka ternyata belum saling kenal nama. Namun, itu tak menghalangi keduanya untuk saling membantu satu dengan lainnya. Ya… Tetap saling bantu, meski tak saling kenal. Oleh petugas, keduanya dibawa ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia untuk diperiksa kesehatannya.

Semoga lekas sehat dan beroleh haji mabrur. Aamiin. (put)