rock wool

Kastara.id, Karawang – Industri dalam negeri semakin menunjukkan aktivitas perluasan usaha seiring kebijakan pemerintah menciptakan iklim usaha yang kondusif. Langkah ekspansi tersebut diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap produk impor serupa sehingga menghemat devisa negara.

“Momentum ini juga menjadi salah satu indikasi bahwa Indonesia adalah negara yang menjanjikan untuk investasi sekaligus pasar yang sangat potensial,” kata Sekjen Kementerian Perindustrian Haris Munandar dalam keterangannya Kamis (14/9) saat peresmian jalur produksi ketiga PT Pabrik Nichias Rockwool Indonesia di Karawang, Jawa Barat.

Haris menyampaikan, pemerintah memberikan apresiasi terhadap perusahaan yang bergerak di industri hilirisasi karena merupakan satu-satunya perusahaan yang bergerak di industri hilirisasi batuan alam menjadi fiber, adalah Nichias Rockwool Indonesia yang juga berupaya menerapkan teknologi terbaru pada proses produksinya, terutama untuk metode peleburan. “Penggunaan teknologi baru ini tentunya membawa manfaat bagi perusahaan dan lingkungan,” ujarnya.

Selain itu, penggunaan teknologi yang ramah energi dan efisien akan menghemat sumber daya alam dan mengurangi emisi gas rumah kaca. “Hal ini sejalan dengan program pemerintah untuk mewujudkan industri hijau yang bersahabat dengan lingkungan dan berkelanjutan,” kata Haris.

Haris berharap PT Nichias Rockwool Indonesia dapat aktif melakukan penelitian dan pengembangan untuk diversifikasi produk sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumen masa depan danmeningkatkan daya saing perusahaan. Selanjutnya, Kemenperin mendorong agar proyek-proyek pemerintah dapat menggunakan produk lokal ini, seperti proyek ketenagalistrikan 35 ribu MW dan pembangunan infrastruktur.

“Saat ini, produk rockwool telah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) supaya bisa menjamin kualitas produk dan meningkatkan keamanan bagi konsumen serta mewujudkan persaingan bisnis yang sehat,” katanya.

Presiden Direktur PT Nichias Rockwool Indonesia Satoshi Dohi menjelaskan, lini ketiga yang baru menambah kapasitas produksi sebesar 20 ribu ton per tahun. Dengan ekspansi ini, pabrik yang berdiri diatas lahan seluas 72.980 m telah berinvestasi sebesar USD 40 juta dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 480 orang. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1995 ini, awalnya mengoperasikan pabrik rockwool dengan kapasitas produksi 5.000 ton per tahun dan dilanjutkan pembangunan jalur produksi kedua dengan kapasitas 10 ribu ton per tahun pada 2012 sehingga total kapasitas saat ini mencapai 35 ribu ton per tahun.

Produk rock wool tersebut dipasarkan dengan merek dagang Rock Wool TOMBO MG Product. Satoshi Dohi menerangkan, rock wool merupakan mineral wool berbahan baku batuan alam. Sementara itu, mineral wool berupa serat pintal anorganik dari mineral, yang dibuat dengan cara melelehkan bahan baku mineral pada suhu tinggi kemudian dicampur cairan resin dengan cara dihembuskan dengan tekanan tertentu atau dengan metode lainnya sehingga terbentuk serat.

Produk rock wool memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai bahan isolasi panas, penyerap suara, dan tahan api. Produk ini banyak digunakan dalam pembangunan gedung bioskop, apartemen, hotel, dan bandara. Selain itu, sebagai peralatan proses produksi di industri seperti untuk sektor petrokimia dan pembangkit listrik, serta perkapalan.

Bahkan lanjutnya, saat ini diterapkan juga sebagai media tanam hidroponik. Sebagai produk, rock wool menggunakan bahan baku yang berasal dari sumber daya alam lokal sehingga memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi hingga 80 persen. Karena sifatnya, rock wool sangat cocok untuk keperluan industri sebagai upaya menghemat energi, menjaga lingkungan, dan sebagai alat pengaman.

Direktur Operasional dan Pemasaran PT Nichias Rockwool Indonesia Ivan Kuntara menambahkan, kebutuhan rock wool saat ini di pasar domestik mencapai 17.500 ton per tahun, di mana setiap tahun tumbuh sekitar 10-15 persen.

“Untuk itu, ekspansi ini kami sasarkan juga untuk memenuhi market di dalam negeri. Perusahaan induk kami di Jepang, Nichias telah menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk ASEAN,” ujarnya. (mar)