RS Darurat

Kastara.ID, Ambon – Bagai jatuh tertimpa tangga, itulah nasib para korban gempa Maluku. Warga di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, harus membayar untuk mendapatkan layanan kesehatan di Rumah Sakit Darurat dr Ishak Umarela. Padahal sejak didirikan pada Kamis (26/9) lalu, korban gempa bisa mendapatkan layanan kesehatan secara gratis.

Levi Nahumarury, salah seorang warga desa mengatakan, sejak empat hari lalu RS Darurat mewajibkan korban gempa membayar saat berobat atau memeriksakan kesehatannya. Saat berbicara pada Ahad (13/10), Levi menyebut aturan tersebut membuat warga enggan mendatagi rumah sakit untuk berobat.

Levi yang hendak memeriksakan kondisi kesehatan ibunya mengaku tidak memiliki uang. Levi menyebut hal tersebut sangat melukai hati masyarakat, terutama korban gempa. Kondisi ini menurut Levi sama saja membuat pengungsi mati perlahan-lahan.

Keluhan serupa juga diungkapkan Alim, salah satu pengungsi gempa Maluku. Alim mempertanyakan, bukankah rumah sakit darurat didirikan untuk membantu para pengungsi. Jika RS Darurat memungut biaya, menurut Alim hal itu sama saja menyengsarakan para pengungsi. Jika seperti itu, Alim menyebt sebaiknya tidak perlu didirikan rumah sakit di lokasi pengungsi.

Sementara itu Kepala Bidang Pelayanan dan Perawatan di Rumah Sakit Darurat dr Ishak Umarela Hasnawati Rasyid mengatakan pihaknya telah menghentikan pemberian layanan kesehatan gratis sejak 9 Oktober 2019. Hasnawati menyebut, pihaknya terpaksa melakukannya lantaran mendapat desakan dari Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS). Terlebih masa tanggap darurat sudah dinyatakan selesai.

Saat berbicara pada Sabtu (12/10) lalu, Hasnawati menjelaskan sejak didirikan RS Darurat sudah melayani sebanyak 1.180 korban gempa, 229 di antaranya terpaksa mendapat perawatan secara intensif. (yan)