Kastara.ID, Jakarta – Komoditas minyak bumi dan gas bumi (migas) hingga saat ini masih menjadi salah satu komoditas terpenting bagi perekonomian Indonesia. Negeri ini bahkan pernah tercatat sebagai negara pengekspor minyak bumi dunia.

Meskipun Indonesia sudah menjadi neto eksportir, tak dipungkiri kontribusi sektor migas masih cukup besar bagi penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sektor migas dinilai masih menjadi salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia karena memiliki efek pengganda (multiplier) yang cukup signifikan di dalam sistem perekonomian Indonesia.

Artinya, pemerintah tetap menganggap sektor migas sebagai komoditas penting. Oleh karena itu, pemerintah setiap tahun menagih berapa target produksinya, berapa realisasinya serta bagaimana produksi dan pendapatannya untuk mendongkrak perekonomian nasional.

Dari sisi investasi, sektor migas yang pengelolaannya jadi tanggung jawab Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatatkan kinerja positif investasi hulu migas Indonesia sepanjang 2023. Hingga akhir 2023, realisasi investasi hulu migas mencapai USD 13,7 miliar atau sekitar Rp 210 triliun, yang merupakan rekor tertinggi sejak 2016 atau dalam delapan tahun terakhir.

Berkaitan dengan itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyatakan apresiasinya. Menurutnya, pencapaian tersebut naik 13 persen dibandingkan dengan realisasi investasi pada tahun sebelumnya dan melampaui pertumbuhan investasi hulu migas global yang diperkirakan berada di kisaran 6,5 persen.

Kepala SKK Migas itu mengatakan bahwa terus meningkatnya investasi hulu migas menunjukkan bahwa upaya-upaya pemerintah dan SKK Migas untuk meningkatkan iklim investasi mampu mengembalikan kepercayaan investor. Dwi menambahkan, di tengah berbagai tantangan yang ada, sektor hulu migas mampu melakukan konsolidasi dan menemukan jalan untuk dapat pulih lebih cepat akibat pandemi Covid-19 serta mampu berperan secara tepat di tengah transisi energi. Sehingga, sambung dia, hulu migas tetap menjadi salah satu tujuan investasi di Indonesia.

“Berdasarkan perhitungan dalam LTP (long term plan), sesungguhnya target investasi adalah USD 13 miliar sehingga capaian investasi 2023 yang sebesar USD 13,7 miliar lebih tinggi sekitar 5 persen dari target LTP. Untuk tahun 2024 kami telah menetapkan target investasi yang jauh lebih tinggi sekitar USD 17,7 miliar atau di atas target LTP yang sebesar USD 16 miliar,” ujarnya.

Dwi menyampaikan, investasi yang masif, khususnya di pemboran sumur pengembangan, telah mampu mengurangi laju penurunan produksi pada mayoritas lapangan produksi yang sudah tua sehingga lifting minyak di tahun 2023 hanya turun 1 persen.

Berkaitan dengan pencapaian lifting migas 2023, masing-masing minyak 607.500 barel per hari (bph) dan gas sebesar 964.000 barel ekuivalen minyak per hari, atau lebih rendah dibandingkan target yang ditetapkan 1,1 juta barel oil equivalent per day (BOEPD). Menkeu Sri Mulyani menyatakan, pencapaian itu masih di bawah target yang ditetapkan pemerintah.

Menurutnya, realisasi tahun lalu bahkan cukup rendah dibandingkan 2022. Realisasi lifting minyak di 607,5 ribu barel per hari (bph). Angka ini lebih rendah dari asumsi 660 ribu bph. “Lifting gas 964 ribu barel ekuivalen minyak per hari (BOEPD), lebih rendah dibandingkan asumsi 1,1 juta BOEPD,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Realisasi APBN 2023, di Jakarta beberapa waktu yang lalu (2/1).

Sebagai informasi, apabila dibandingkan dengan capaian lifting migas per Oktober 2023, angka yang dikatakan oleh Sri Mulyani hanya mengalami kenaikan sedikit. Berdasarkan data SKK Migas, angkanya tercatat 604.300 barel per hari (bph) atau 91.6 persen dari target APBN 2023. Sedangkan lifting gas 5.353 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd), 86,9 persen dari target APBN 6.160 MMscfd.

Lifting migas merupakan volume produksi minyak dan gas bumi yang siap untuk dijual. Dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara atau RAPBN 2024, angka lifting minyak ditargetkan mencapai 625.000 barel per hari. Untuk lifting gas mencapai 1,03 juta barel setara minyak per hari.

Selain target lifting migas yang tidak tercapai, Sri Mulyani juga menyampaikan selama 2023 harga komoditas mengalami tekanan, meski anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN dinilai jauh lebih tangguh. (mar)