Ekonomi

Kastara.ID, Jakarta — Bagi sebuah negara, karakter bangsa adalah hal yang paling utama. Tanpa karakter yang kuat dan berakar, sebuah bangsa tinggal menunggu kehancurannya saja. Indonesia yang beragam suku bangsa, agama, budaya dan bahasa sangat beruntung karena para pendiri bangsa ini pada 1945 berhasil memformulasikan dan mewarisi Pancasila basis utama pembangunan karakter bangsa, selain sebagai ideologi dan falsafah negara.

Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, karakter bukan hanya tanda bahwa sebuah bangsa eksis di dunia tetapi juga ‘kendaraan’ bagi sebuah negara untuk melompat maju. Sebuah negara akan kokoh meraih maju dan tidak terombang-ambang jika mempunyai karakter yang kuat. Tanpa karakter yang kuat dan berakar, sebuah bangsa akan kehilangan generasi penerusnya. Oleh karena itu, karakter harus dibangun dan dibentuk agar sebuah bangsa menjadi bermartabat di mata rakyatnya dan di mata dunia.

“Pancasila sudah menyediakan konsep, prinsip dan nilai yang merupakan faktor endogen bangsa Indonesia dalam membentuk karakternya. Oleh karena itu, aktualisasi nilai-nilai Pancasila yang sesuai dengan semangat dan tantangan zaman sangat penting bagi pembangunan karakter bangsa untuk mencegah hilangnya generasi Pancasila,” ujar Fahira Idris di sela Sosialisasi Empat Pilar MPR RI (Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) di Kepulauan Seribu, Jakarta (18/11).

Menurut Fahira, perkembangan dan kemajuan zaman dalam berbagai bidang merupakan peluang sekaligus tantangan utama pembentukan karakter sebuah bangsa, tidak terkecuali Indonesia. Kemajuan teknologi informasi ini juga terkait erat dengan apa yang disebut new colonization in culture (penjajahan baru di bidang kebudayaan). Di satu sisi, kemajuan teknologi informasi mempercepat tergerusnya jati diri karakter anak bangsa dengan budaya dan karakter yang berseberangan dengan Pancasila misalnya pandangan hidup yang pragmatis, transaksional, hedonistik, materialistik dan sekularistik. Semakin deras nilai-nilai ini masuk maka nilai-nilai religiusitas akan tergerus dan gaya hidup yang mengumbar syahwat akan dominan.

Derasnya arus globalisasi dan kecepatan kemajuan teknologi informasi saat ini, sambung Fahira, menjadi peluang sekaligus tantangan besar untuk tetap mengokohkan Pancasila sebagai basis pembangunan karakter bangsa generasi muda.

“Oleh karena itu pembangunan karakter bangsa harus diarahkan untuk membentuk karakter anak bangsa yang tangguh dan kompetitif, memiliki akhlak mulia, bermoral, toleran, berjiwa patriotik, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Dengan arah ini maka kemajuan teknologi tidak lagi menjadi tantangan berat, tetapi malah akan menjadi alat bagi bangsa ini memperkuat karakternya menuju bangsa yang maju,” pungkas Fahira Idris. (dwi)