Universitas Budi Luhur

Kastara.ID, Tangerang Selatan – Pemilih pemula di Tangerang Selatan harus belajar agar lebih paham tentang Pemilu. Suara mereka harus digunakan dengan semurni mungkin agar terhindar dari money politics yang sudah mewabah dalam pemilu di Indonesia. Mereka mendapatkan penyuluhan secara online tentang Pemilukada 2020 dari pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Budi Luhur Jakarta.

Edukasi tersebut penting lantaran pemilih pemula kerap menjadi incaran para kontestan Pemilu, baik dari partai politik maupun personal termasuk pendukungnya. Pemilih pemilu yang rentan dipengaruhi ini sangat mudah dijaring dan akan menjaring teman yang lain. Wilayah yang memiliki jumlah pemilih pemula besar, salah satunya Kotamadya Tangerang Selatan (Tangsel).

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Tangerang Selatan menyebutkan, jumlah pemilih pemula yang akan mengikuti pemilihan kepala daerah Tangerang Selatan Desember 2020 mencapai 12.433 orang. Terdiri dari 12.029 pemilih pemula yang tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT) dan 404 pemilih pemula dalam daftar pemilih tetap tambahan (DPTb 1). Tantangannya adalah menciptakan tingkat partisipasi yang tinggi.

Hal itu bentuk tanggung jawab generasi muda terhadap keberlangsung sosial politik di Katamadya Tangerang Selatan. Di sisi lain, partisipasi merupakan salah satu aspek penting dari demokrasi. Asumsi yang mendasari demokrasi (partisipasi) merupakan orang yang paling tahu tentang apa yang baik bagi dirinya adalah orang itu sendiri. Demikian diungkapkan Pengajar Fikom Universitas Budi Luhur, Umaimah Wahid.

“Permasalahan yang dihadapi pemilih pemula adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran sebagai pemilih pemula mengenai aktivitas politik. Faktor tersebut menyebabkan rendahnya partisipasi politik dalam Pilkada,” jelas Umaimah.

Adanya jumlah pemilih pemula yang banyak, namun kurang aktivitas pendidikan politik sehingga berpengaruh terhadap tanggung jawab sebagai warga negara. Mereka juga cenderung mempunyai pemahaman bahwa pemilukada bukan proses politik yang penting atau ‘bukan urusan gua.

Lembaga pendididikan seperti sekolah dan universitas, lanjut Umaimah, juga cenderung tidak memberikan pendidikan politik kepada siswa sebagai pemilih pemula. Akibatnya, mereka belajar tentang politik dan tanggung jawab sebagai warga negara melalui berbagai informasi dari sosial media yang mungkin tidak tepat sehingga memunculkan sikap apatis dan curiga terhadap proses politik.

Kondisi tersebut membuat Umaimah dibantu dua rekan dosen, Hadiono Afdjani dan Amin Aminudin melakukan penyuluhan terhadap para pemilih pemula di Tangerang Selatan untuk menghadapi Pemilukada 2020. Penyuluhan secara online tersebut merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang merupakan bagian dari Tridarma Perguruan Tinggi. Penyuluhan secara online tersebut diikuti 125 siwa, 18 guru serta Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMA Islam Cikal Harapan 01 Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, yang berlangsung bulan lalu (11/7).

Umaimah Wahid yang juga pemerhati dan penulis buku komunikasi politik tersebut menjelaskan tentang legalitas pelaksanaan Pemilu, Pemilukada, dan Pemilukada Serentak 2020. Menurutnya, Pemilu merupakan wujud dari sistem demokrasi yang mana setiap negara yang menganut sistem politik demokrasi akan melaksanakan pemilu untuk menjamin pergantiaan kepemimpinan dan kekuasaan.

“Dalam setiap pelaksanaan pemilu/pemilukada selalu ada pemilih pemula yaitu mereka yang berusia 17-21 tahun dan pertama sekali memberikan hak pilih mereka. Pemilih pemula harus mempunyai pengetahuan mengenai proses pemilukada. PKM seperti ini sangat diperlukan agar pemilih pemula mempunyai pengetahuan dan langka-langkah jitu sebagai pemilih muda yang cerdas sehingga tidak dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi kepentingan pemilu sesaat,’ urainya.

Sedangkan Amin Aminuddin dosen yang aktif pada beberapa organisasi mahasiswa, pemuda dan sosial menyampaikan topik mengenai “Media Sosial dan Literasi Pemilih Pemula yang Cerdas Berbudi Luhur”. Menurutnya, pemilih pemula adalah mereka yang tergantung pada media baru dan media sosial.

“Terpaan sosial media membuka peluang luas dan hampir tanpa batas pada khalayak dalam menggunakan media untuk membagi dan akses informasi dalam berbagai bentuk. Namun terkadang kondisi ini memberi ruang pada munculnya berita/informasi bohong/hoax yang tidak bertanggung jawab, dan seringkali digunakan dalam kampanye politik untuk menjatuhkan lawan,’ papar Amin.

Pelaksanaan PPM juga melibatkan dua mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi yaitu Sarmila dan Novi Sari Dewi. Keterlibatan mahasiswa tersebut untuk pengembangan kehidupan riil di tengah masyarakat sekaligus mempraktikkan teori yang dipelajari di kampus. (mar)