Kastara.id, Jakarta – Industri komponen otomotif di dalam negeri mulai bertransformasi menjadi tulang punggung industri komponen kedirgantaraan internasional. Industri komponen nasional saat ini sebagian besar mampu mengolah bahan baku berbasis logam, karet dan plastik dengan tingkat presisi yang cukup tinggi dan didukung oleh teknologi canggih.

“Kami akan mendorong industri komponen otomotif kita menjadi vendor di global value chain industri komponen aircraft,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai menyaksikan penandatanganan MoU antara Indonesia Aircraft Component Manufacturer Association (INACOM) dengan Asosiasi Industri Komponen Pesawat Terbang BavAIRia di Jakarta (18/10).

MoU ditandatangani oleh Presiden INACOM Andi Alisjahbana dan CEO Aerospace Cluster, bavAIRia e.V Peter Schwarz dan turut disaksikan Wakil Menteri Hubungan Ekonomi dan Media, Energi dan Teknologi Bavaria, Franz Josef Pschierer serta Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) I Gusti Putu Suryawirawan. MoU akan berlaku selama lima tahun sejak ditandatangani.

Kerja sama ini untuk saling mendukung pengembangan dan penguatan industri komponen penerbangan kedua negara. “Isi MoU antara lain meliputi kerja sama pertukaran di bidang informasi, teknologi, dan promosi industri komponen kedua pihak,” ujar Airlangga.

Menperin juga mengharapkan, kesepakatan bilateral tersebut, akan mendorong industri komponen dalam negeri dapat lebih berdaya saing di tingkat global dan akan banyak dilibatkan pada proyek yang dijalankan Bavaria. “Di Bavaria, cukup banyak industri kecil dan menengah di sektor komponen yang menjadi vendor Airbus dan Eurocopter,” kata Airlangga.

Sementara itu, kepada pemerintah Bavaria, Airlangga meminta agar dapat dibangun kerja sama yang saling menguntungkan bagi kedua negara. Apalagi Indonesia tengah didorong menjadi bagian penting dari rantai pasok dalam pembuatan komponen maupun desain teknik industri pesawat internasional seperti Airbus dan Boeing.

“Indonesia saat ini memiliki daya saing yang cukup tinggi, yaitu kemampuan engineering dan upah tenaga kerja yang lebih kompetitif sehingga pembuatan komponen lebih efisien,” ujarnya.

Selain itu, pemerintah Jerman, khususnya Bavaria, diharapkan juga dapat membantu Indonesia dalam meyakinkan Airbus untuk membuka pusat teknisinya di Indonesia. Diharapkan juga, kedua negara dapat meningkatkan kerja sama dalam bidang desain, riset dan pengembangan, produksi, serta sumber daya manusia guna mendorong pengembangan industri pesawat.

“Dukungan lainnya, agar industri kedirgantaraan di Indonesia mendapatkan sertifikasi khususnya dari European Aviation Safety Agency (EASA),” katanya. (mar)