Kastara.id, Jakarta – Badan Narkotika Nasional (BNN) menekankan upaya pemberantasan narkoba dengan pola pencegahan yang lebih sistematis.

Ditargetkan, pada 2018, BNN mampu melumpuhkan 26 sindikat narkoba yang nekat beraksi di dalam negeri. Demikian disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Heru Winarko, dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) bertajuk “Sergap Penyelundup Narkoba: Apa dan Bagaimana?” di Ruang Serba Guna Kemkominfo, Jakarta, Selasa (20/3).

“Narkoba adalah musuh kita bersama. Kita di BNN mendapat mandat dari negara untuk melaksanakan pencegahan dan pemberantasan narkoba. Presiden meminta agar BNN mampu mengurangi pasokan yang diketahui kini sebanyak 70 persen di antaranya berasar dari luar negeri,” katanya.

Selain itu, Heru juga mengatakan, Pemerintah Jokowi-JK juga meminta agar BNN mampu menekan tingginya ‘permintaan’ barang haram tersebut di dalam negeri. BNN, sambung dia, juga diminta mengurangi jumlah korban narkoba yang kembali terlibat dalam aktivitas ilegal tersenut.

“Pencegahan, pendayagunaan masyarakat, pemberantasan, dan rehabilitasi merupakan tugas BNN bersama dengan pihak-pihak terkait lainnya, termasuk dewan,” katanya.

Serangan narkoba di Indonesia saat ini, menurut Heru, memang cukup memprihatinkan. Hal itu membuat BNN, dia mengibaratkan, seperti dipukuli. “Kita seperti dipukulin. Sehingga harus selalu bertahan, double cover,” katanya.

Terkait itu, salah satu upaya untuk memberantas gempuran narkoba, menurut Heru, adalah menjalin kerja sama dengan sedikitnya 12 negara yang hadir dalam konferensi di Wina yang membahas masalah penanggulangan narkoba, beberapa waktu lalu. “Di Wina, saya bertemu dengan wakil 12 negara yang di sana diproduksi prekusor. Kami berupaya menjalin kolaborasi dengan baik demi membendung aksi sindikat narkoba. Demikian juga dengan Malaysia dan Singapura, karena semua pihak menyadari, kalau tidak diberantas bersama-sama, yang jadi korban bukan cuma WNI, tapi juga warga mereka,” katanya.

Bukan cuma ceramah di dalam pencegahan, Heru menjelaskan, BNN tidak lagi sekadar memberi ceramah akan bahaya narkoba. Tapi, sambung dia, juga membangun sistem. “Terkait ceramah-ceramah dalam kerangka pencegahan, yang diberi ceramah tidak hanya diperlakukan sebagai objek. Tapi, juga sebagai subjek, sehingga mereka pun bisa mengetahui seperti apa ancaman narkoba. Karena sasaran narkoba juga bisa anak-anak SD, bukan cuma mahasiswa,” katanya.

Termasuk, Heru melanjutkan, membangun pencegahan sistem di lapas. Jadi kelak, lapas bukan cuma membina para napi narkoba, tapi juga menjadi tempat rehabilitasi. “Sehingga selain dihukum, para penyalahguna narkoba itu juga harus direhab,” tuturnya.

Pemerintah ke depan, menurut Heru. juga akan menata sistem masuknya precursor ke Indonesia. Diketahui, kata dia, prekursor dipakai untuk penelitian. Dan di antaranya, sambung Heru, kerap pula disalahgunakan. “Itulah sebabnya masuknya prekursor ke Indonesia harus dibuatkan sistem yang lebih baik,” katanya.

Heru menambahkan, BNN juga melakukan sistem pemberdayaan masyarakat. Disebutkannya, narkoba kini sudah merasuk ke desa-desa. “Lantaran itulah, kerja sama dengan Menteri Desa agar desa resisten terhadap pengaruh narkoba,” tegasnya.

Lumpuhkan 26 Sindikat Terkait dengan target BNN, Heru yang baru dilantik pada awal Maret 2018 mengatakan, jika pada 2017 ada sebanyak 24 sindikat yang dilumpuhkan. Maka pada 2018, sambung dia, ada peningkatan target pelumpuhan oleh BNN, yakni terhadap 26 sindikat.

“Sindikat narkoba kerap masuk ke Indonesia karena harga narkoba di Indonesia luar biasa mahal. Di Cina harga per gram setara dengan Rp 20 ribu, di Iran Rp 50 ribu. Sedangkan di sini per gram mencapai Rp 1,5 juta. Jadi memang selain memangkas potensi, pasokan dan permintaan juga ditekan,” katanya.

Hadir sebagai narasumber lain dalam FMB 9 tersebut adalah Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi dan Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan. (npm)