Kastara.ID, Makkah – City Bus berwarna hijau dengan tulisan ‘Indonesia’ itu meluncur dari di kawasan Syisah. Ada sekitar 50 jemaah haji Indonesia di dalamnya. Mereka akan di antar ke terminal Syib Amir, tidak jauh dari Masjidil Haram. Layanan transportasi ini dikenal dengan nama Bus Shalawat.

Nur Fajri (52) jemaah asal Pekanbaru, Riau, yang tergabung dalam kloter BTH 01 ini mengaku nyaman naik Bus Shalawat. Jarak hotel tempatnya menginap di Syisah ke Masjidil Haram relatif jauh, lebih dari 4 km. Namun, keberadaan bus shalawat terasa mendekatkan dan memudahkannya beribadah. Dia dan istrinya, Murlianti (50), pun tidak khawatir ketinggalan salat jemaah.

“Alhamdulillah bus 24 jam, berangkat tadi ramai-ramai, enggak khawatirlah kalau ketinggalan (rombongan),” ungkapnya di Makkah, awal pekan.

Layanan bus shalawat sekarang diberikan kepada seluruh jemaah haji Indonesia. Mereka yang menempati hotel di wilayah Jarwal dan berjarak hanya sekitar 1km dari Masjidil Haram juga mendapat layanan transportasi ini. Sebelumnya, bus hanya diberikan kepada jemaah yang tinggal dalam radius minimal 1,5 km.

 

Kepala Daerah Kerja Makkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Subhan Cholid mengatakan, pihaknya telah menyiapkan 450 bus shalawat dalam penyelenggaraan haji 1440H/2019M. Bus ini beroperasi secara bertahap, sejak awal kedatangan jemaah di Makkah. Armada yang dioperasikan disesuaikan dengan jumlah jemaah yang sudah berada di Makkah.

Bus shalawat melayani sembilan rute perjalanan, yaitu: Jamarat – Mahbas Jin – Bab Ali, Syisah – Syib Amir, Syisah Raudhah – Syib Amir, Syisah I – Syib Amir, Raudhah – Syib Amir, Syisah II – Syib Amir, Jarwal – Syib Amir, Misfalah – Jiad, dan Rey Bakhsy – Jiad. Dalam rute tersebut, terdapat 56 halte terdekat hotel jemaah, dengan pemberhentian akhir di tiga terminal sekitar Masjidil Haram. Ketiganya adalah Terminal Bus Jiad, Syib Amir, dan Bab Ali. “Semuanya beroperasi 24 jam,” tegas Subhan.

 

Kabid Transportasi PPIH Arab Saudi Asep Subhana menambahkan, bus shalawat berkapasitas maksimal sekitar 70 penumpang. Bus ini dilengkapi air conditioner (AC), tombol darurat pembuka pintu, GPS, serta alat pemecah kaca. Tersedia juga soket USB di dinding bus, dekat tempat duduk penumpang, sehingga bisa dimanfaatkan jemaah untuk mengisi daya ponsel maupun gadgetnya.

PPIH Arab Saudi bekerja sama dengan dua operator bus untuk memberikan layanan transportasi shalawat. Pertama, Saptco  yang melayani lima rute dan memiliki ciri bus warna merah. Kedua, Rawahil yang melayani empat rute, dan memiliki ciri warna bus hijau.

Sejarah Shalawat

Layanan bus untuk mengantar jemaah haji Indonesia kali pertama diadakan pada tahun 2008. Saat itu, Pemerintah Saudi melakukan pembongkaran hotel-hotel di sekitar Masjidil Haram, utamanya di daerah Syib Amir. Akibatnya, ketersediaan hotel di sekitar Haram menjadi sangat terbatas. Misi haji Indonesia akhirnya mencari rumah dengan jarak cukup jauh dari Masjidil Haram.

“Saat itu,  rumah jemaah haji Indonesia, jarak terdekat dari Masjidil Haram, 2 km. Rumah terdekat Haram yang belum dibongkar, harganya naik sehingga tidak terjangkau pagu anggaran,” kenang Subhan Cholid.

“Sementara rumah paling jauh, jaraknya mencapai lebih dari 10 km dari Masjidil Haram, mulai dari kawasan Hijrah, Mukhathat Bank, Bakhutmah, Kholidiyah, Syauqiyah, Rushaifah, Awali, hingga Ka’kiyah ” lanjutnya.

Menteri Agama saat itu, Maftuh Basyuni, kemudian meminta agar PPIH menyiapkan bus pengantar jemaah. PPIH waktu itu menyewa 600 bus Ummul Qura. “Kita belum punya sistem, misalnya di mana tempat menurunkan dan menaikkan jemaah, sehingga proses layanan transportasi berjalan apa adanya,” ucapnya.

Setahun kemudian, layanan bus shalawat masuk dalam MoU antara Kementerian Agama dengan Kementerian Haji Saudi. MoU ini menjadi pengantar dan bagian yang tidak terpisahkan dari Ta’limatul Hajj. Pengelolaanya diserahkan kepada masing-masing misi haji.

“Kita waktu itu bekerja sama dengan Muasssasah. Namun, muassasah ternyata menjalin kontrak dengan Abu Sarhad sehingga bus yang digunakan kurang representatif,” tutur Subhan.

“Saat itu sebenarnya sudah ada Saptco, Rawahil, dan perusahaan bus lainnya. Tapi anggaran Kemenag belum memadai untuk bisa menyewa bus tersebut,” sambungnya.

Musim haji 1431H/2010M, Kementerian Agama mulai melibatkan Kementerian Perhubungan dalam manajemen layanan transportasi darat di Arab Saudi. PPIH berharap Kemenhub dapat membagi ilmu dan pengalamannya terkait sistem pengendalian transportasi, baik dalam maupun antar kota di Arab Saudi. Bersinergi dengan Tim Kemenhub, PPIH Arab Saudi merintis sistem untuk membuat rute sederhana layanan transportasi bus shalawat di Makkah. Sistem ini digunakan hingga tahun 2013.

“Dari 2008-2013, paradigma yang berkembang adalah semakin dekat jarak pemondokan ke Masjidil Haram, maka itu semakin baik, meski pemondokannya tidak bagus,” ujar Subhan.

 

Paradigma ini bergeser sejak 2014, seiring dengan adanya pembangunan hotel di sejumlah kawasan, antara lain: Syisyah, Aziziyah, dan Rawdah. Banyak hotel-hotel baru di wilayah berjarak 3-4 km dari Masjidil Haram. Maka, muncul paradigma baru, lebih baik hotel bagus meski jaraknya jauh, selagi ada fasilitas layanan bus shalawat.

Sejak itu, sektor pemondokan jemaah haji Indonesia tidak sedikit yang berada di kawasan berjarak di atas 3 km. Tentu, dilengkapi dengan layanan bus shalawat. Sejak kepemimpinan Menag LHS tahun 2014 hingga 2018, jemaah dengan hotel berjarak di atas 1.5 km mendapat layanan bus shalawat. Tahun ini, layanan itu ditingkatkan, diberikan kepada seluruh jemaah haji Indonesia, termasuk mereka yang menempati hotel dengan jarak kurang 1km.

Bus Shalawat dekatkan jarak hotel jemaah ke Masjidil Haram. Semoga beri kenyamanan kepada jemaah dalam menjalani ibadah. Hajjan mabruuran! Aamiin. (put)