Stunting

Kastara.ID, Jakarta – Sebanyak 1.780 peserta mengikuti webinar bertema “Remaja Melek Stunting” yang diinisiasi Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) berkolaborasi dengan Tim Penggerak (TP) PKK, Unika Atma Jaya dan Universitas MH Thamrin.

Webinar yang ditayangkan melalui Zoom dan Youtube diikuti peserta yang terdiri dari Forum Genre DKI, Pengurus dan anggota Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja, PKK, Penyuluh Keluarga Berencana (PKB), Kader Poktan dan Dasa Wisma.

Sekretaris Dinas PPAPP DKI Jakarta, Joko Santoso mengatakan, kegiatan webinar ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja, kader dan masyarakat tentang pencegahan stunting. Termasuk kaitannya dengan upaya meminimalisir pernikahan dini atau perkawinan usia muda.

“Webinar ini mendukung Indonesia Emas 2045, mewujudkan keluarga yang berkualitas dan keluarga yang bebas dari stunting,” ujarnya (22/6).

Sementara Ketua Bidang Kesehatan Keluarga dan Lingkungan TP PKK Provinsi DKI Jakarta, Suni Sigit Wijatmoko menuturkan, pencegahan stunting menjadi prioritas nasional dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia (SDM) masa depan.

Indonesia sudah membuat program 1.000 Hari Pertama Kehidupan yaitu suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM. Program ini menekankan bahwa kualitas manusia ditentukan sejak awal di dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.

“Ibu hamil perlu berusaha mempertahankan kecukupan asupan nutrisi demi optimalnya proses pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya. Pentingnya pengetahuan dalam pemenuhan nutrisi selama hamil hingga anak berusia dua tahun harus diketahui oleh remaja putri yang kelak menikah, hamil dan memiliki anak,” terangnya.

Menurutnya, pencegahan stunting bukan suatu proses yang singkat dan mudah, melainkan jalan panjang yang harus didukung oleh berbagai aspek terutama ibu itu sendiri sebagai pondasi utama pencegahan agar anak yang lahir tidak stunting.

“Mengingat pentingnya pengetahuan ibu dalam pencegahan stunting maka remaja putri perlu mendapat informasi yang benar dan utuh tentang pencegahan stunting,” ungkapnya.

Ia menambahkan, pencegahan stunting bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan semua pihak, setiap keluarga Indonesia. Upaya percepatan perbaikan gizi membutuhkan komitmen semua pihak, baik PKK, pemerintah, lembaga sosial kemasyarakatan dan keagamaan, akademisi, organisasi profesi, media massa, dunia usaha/mitra pembangunan serta masyarakat secara keseluruhan.

“Saya berharap kerja sama ini berhasil mencapai satu tujuan utama yaitu perbaikan generasi masa depan yang sehat dan produktif serta memiliki daya saing,” tandasnya. (hop)