Kastara.ID, Jakarta — Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memberi celah atau mengizinkan kampus mengundang para calon presiden untuk memaparkan gagasannya terutama dalam forum debat akademik sepertinya disambut antusias berbagai perguruan tinggi. Saat ini beberapa kampus terutama melalui Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) maupun kampus secara kelembagaan sudah berencana mengundang ketiga bakal capres yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.

Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, dibolehkannya kampus menjadi arena adu gagasan dan debat antarcapres akan menjadi warna baru kampanye Pemilu, terutama Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Menguji rekam jejak dan gagasan para capres dalam sebuah forum debat akademis di kampus akan mengalihkan publik dari isu-isu ini tidak substantif sehingga bisa memilih secara lebih rasional dan bertanggung jawab.

“Sebenarnya debat antarcapres di kampus ini menguntungkan para kandidat. Ini karena secara langsung mereka akan terhubung dengan pemilih muda yang merupakan komposisi pemilih terbanyak saat ini. Oleh karena itu, saya berharap para capres memanfaatkan forum-forum debat di kampus untuk memaparkan rekam jejak, gagasan, ide besar dan solusinya atas berbagai persoalan di Indonesia. Saya juga berharap, kampus yang akan menggelar debat capres mempersiapkan forum debat sebaik-baiknya baik tema maupun metode debat, karena pasti akan menjadi perhatian publik luas,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (23/8).

Memang, berdasarkan, Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional untuk Pemilu 2024, dari total 204,8 juta pemilih, sebanyak 52 persen atau sebanyak 106,3 juta merupakan pemilih muda. Rinciannya, pemilih berusia 17 tahun sebanyak 0,003 persen atau sekitar 6 ribu jiwa. Kemudian pemilih dengan rentang usia 17 tahun hingga 30 tahun mencapai 31,23 persen atau sekitar 63,9 juta jiwa. Lalu disusul dengan Pemilih dengan 31 tahun hingga 40 tahun sebanyak 20,70 persen atau sekitar 42,395 juta jiwa.

Menurut Fahira Idris, keunggulan lain debat antarcapres di kampus adalah menyimbolkan bahwa gelaran pemilu dan gagasan para capres mempunyai komitmen terhadap pendidikan dan menunjukkan pentingnya generasi muda dalam proses politik di negeri ini. Kampus sebagai tempat pembelajaran, lahirnya inovasi, dan berbagai pemikiran kritis akan ‘memaksa’ para capres merumuskan gagasan substantif, solutif dan ilmiah dalam setiap debat yang diikutinya.

“Tinggal bagaimana pihak kampus merumuskan tema-tema debat yang relevan baik untuk masyarakat luas misalnya soal lapangan pekerjaan, pangan dan stabilitas harga, kemiskinan, eksploitasi SDA dan isu lingkungan hidup, dan pemberantasan korupsi. Atau isu-isu spesifik misalnya soal pendidikan, riset dan inovasi hingga isu ancaman geopolitik global,” tukas Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta ini. (dwi)