Agats

Kastara.id, Jakarta – Saat ini mayoritas pasien campak dan gizi buruk yang dirawat di RSUD Agats kondisinya membaik. Dokter dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Fathih Juandi Pohan mengatakan tenaga kesehatan harus tetap waspada terkait bertambahnya pasien campak dan gizi buruk.

Fathih mengatakan, sebagian besar pasien campak dan gizi buruk memang membaik kondisinya. Namun itu kembali lagi kepada pola hidup di lingkungannya. Membaiknya kondisi pasien itu dilihat dari beberapa faktor, yakni keadaan umum, keluhan berkurang, asupan makan dan minum, kenaikan berat badan, dan lainnya.

“Kalau diperhatikan memang respon perbaikan gizinya itu cepat, bahkan dalam 7 hari bisa berubah menjadi gizi kurang padahal 5 sampai 7 hari itu kan proses stabilisasi,” kata dr. Fathih, Rabu (24/1). Asupan makanan yang diberikan kepada pasien dengan gizi buruk di RSUD Agats ini berupa susu dengan formulasi khusus, yakni susu formula ditambah gula.

Tujuannya memberikan kalori untuk tumbuh kejar. Selain itu diberikan pula antibiotik pada penderita gizi buruk dengan infeksi, dan vitamin A, serta asam folat. Pemantauan kenaikan berat badan pun dilakukan setiap pagi, siang, dan sore.

Imunisasi menjadi satu-satunya cara efektif mencegah campak. Mengingat kondisi geografis dan jarak di Papua sulit, para tenaga kesehatan dituntut lebih kuat dalam memperluas cakupan imunisasi di pelosok daerah. Fathih mengatakan, masyarakat di pelosok daerah pun harus menyambut baik atas usaha tenaga kesehatan dengan memahami pentingnya imunisasi untuk anak.

Lebih jauh dari itu, lanjut dokter Fathih, masyarakat bisa mengubah pola hidup dengan memperhatikan kesehatan keluarga dan lingkungan. Karena yang menjadi penyebab gizi buruk dan campak itu ada banyak faktornya, seperti pola makan, tidak PHBS, dan tidak menjaga kebersihan lingkungan

Bahkan, kata Fathih bisa saja pasien yang tadinya dinyatakan sembuh dan bisa pulang, beberapa waktu kemudian dia balik lagi dengan penyakit yang sama. “Karena tadi, gizi buruk bukan hanya soal makan. Pasien sudah kembali ke kampung, tapi balik lagi ke rumah sakit dengan gizi buruk. Karena orang tuanya tidak memberi pola makan yang benar dan lingkungannya tidak bersih,” ujarnya.

Di samping itu, jumlah pasien yang sudah diizinkan pulang sampai saat ini masih dalam proses pendataan. Namun demikian, dokter Fathih menekankan jangan sampai pasien yang sudah pulang kembali lagi ke RSUD dengan penyakit yang sama, dan mudah-mudahan itu tidak muncul lagi. (nad)