KKP

Kastara.ID, Bandung – Memasuki usia satu tahun sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo mengaku semua yang dikerjakannya selama ini baru awalan. Masih banyak pekerjaan rumah dan tantangan yang harus kelengkapan dalam memajukan sektor kelautan dan perikanan Indonesia.

“Satu tahun ini menjadi momentum awalan untuk terus melaju ke depan. KKP sebagai lembaga, kementerian yang siap menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, siap menghasilkan devisa bagi negara,” ujar Menteri Edhy dalam keterangan resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jumat (23/10).

Menilik ke belakang, sejatinya banyak hal sudah dilakukan Menteri Edhy selama satu tahun seseorang. Yang paling mendapat banyak apresiasi dari stakeholder kelautan dan perikanan adalah perizinan.

Salah satu izin kapal di atas 30 GT yang kini prosesnya hanya satu jam secara online dari tadinya minimal 14 hari kerja. Sejak diluncurkan Desember 2019, sudah lebih dari 4.000 izin yang dikeluarkan dan menghasilkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) lebih dari Rp 470 miliar.

Menteri Edhy juga mempermudah perizinan ekspor produk perikanan. Dia meminta jajarannya dalam pelayanan jemput bola dalam melayani pelaku usaha yang ingin melakukan ekspor. Hasilnya fantastis, volume dan nilai ekspor perikanan di semester 1 2020 naik 6,9 persen di tengah pandemi Covid-19.

Soal ekspor hasil perikanan, tidak hanya izin yang mendapat perhatian, tapi juga proses pengiriman. Hasil, beberapa daerah, khususnya wilayah Timur Indonesia bisa langsung melakukan ekspor tanpa melalui Jakarta, Surabaya, atau Denpasar.

“Semangat kami bagaimana bisa mengekspor ikan sebanyak-banyaknya. Ini sudah kita lakukan dengan konsep menjemput bola. Terakhir kita sudah buka ekspor langsung dari Manado ke Jepang yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Sebelumnya juga dari Palu. Alhamdulillah ini mendapat antusiasme tinggi dari provinsi sekitar itu . Saya pikir ini awalan yang harus terus berlanjut,” tegasnya.

Selain izin masalah, Edhy juga membangun komunikasi dengan pemangku kepentingan kelautan dan perikanan sesuai amanat Presiden Joko Widodo. Mulai dari nelayan, pembudidaya, petambak garam, pelaku usaha, pemerintah daerah, hingga kementerian/lembaga lainnya.

Komunikasi ini, menurut Edhy, yang menjadi kunci dalam menyelesaikan sejumlah masalah di sektor kelautan dan perikanan. Sebagai contoh, lahirnya SILAT berkat komunikasi yang baik dengan Kementerian Perhubungan, kemudian masuknya komoditas perikanan dalam bantuan sosial yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial.

“Apa yang telah dilakukan ini menjadi cambuk, menjadi terobsesi bagi kami semua di KKP. Tentu masih banyak kekurangan, tapi saya merasakan ada titik pertumbuhan dan nilai-nilai positif yang mendorong saya semakin yakin dalam memajukan sektor kelautan perikanan ini,” katanya.

Ke depan, Edhy mengatakan, KKP akan memperbaiki sistem rantai dingin di Indonesia dengan memperbanyak coldstorage. Ini sebagai tindakan menjaga stabilitas harga sekaligus menjaga kualitas.

Riset juga terus dikembangkan karena kebijakan yang dikeluarkan KKP harus berdasarkan kajian. Selain itu, KKP akan terus mendorong penyaluran bantuan pinjaman modal usaha untuk meningkatkan pendapatan dan perbaikan ekomomi masyarakat kelautan dan perikanan.

KKP juga akan memperbanyak kawasan perairan menjadi kawasan konservasi dan menggalakkan penanaman mangrove sebagai upaya pemulihan ekosistem pesisir.

“Terkadang ada dua hal yang selalu diperdebatkan. Antara konservasi dan ekonomi. Saya penganut jalan tengah. Kenapa? Karena saya percaya konservasi dan ekonomi bisa berjalan bersama,” pungkasnya. (wep)