Kastara.id, Makkah – Perjalanan dari lokasi lontar jumrah, Jamarat ke Mina pulang-pergi, menjadi tantangan tersendiri bagi jemaah haji Indonesia. Stamina dan kondisi fisik yang prima menjadi salah satu syarat utama. Maklum panjang terowongan Muaishim (dulu bernama terowongan Mina) dua kilometer. Belum lagi ditambah jalan menuju maktab yang rata-rata cukup jauh juga.

Tak sedikit jemaah Indonesia yang kemudian kelelahan saat menyelesaikan perjalanan tersebut. Kondisi serupa dialami Imam Hambali, seorang guru Madrasah Tsanawiyah Ponpes Sabilil Muttaqin, Kauman, Ploso, Nganjuk, Jawa Timur. Imam yang tergabung dalam kloter SUB-59 sejatinya dalam keadaan prima. Hanya saja sempat berjalan tertatih lantaran kakinya yang lecet. Dengan kondisi itu perjalanannya menjadi lambat.

Melihat kondisi Imam di terowongan terakhir menuju Mina, tiga orang jemaah haji asal Syria sempat memaksa Imam naik ke pundaknya, Rabu (22/8) malam lalu.

“Sebenarnya saya tidak mau tapi dipaksa,” ujar Imam kepada Media Center Haji (MCH) saat ditemui di Hotel New Al Marwah, Makkah, Jumat (24/8) pagi kemarin. Bahkan video saat dirinya dipanggul jemaah Syria yang diunggah melalui twitter Kemenag RI hingga Sabtu (25/8) pagi sudah dilihat 52 ribu kali.

Cerita Imam, ia sebenarnya merasa sehat saja. “Namun dulu kaki saya pernah dioperasi jadi cara jalan saya mungkin terlihat aneh,” ujar suami Siti Maimunah ini menambahkan. Imam dipanggul hingga ke pintu keluar terowongan Mina. Dia kemudian mendapat perawatan ringan Tim Gerak Cepat.

Cerita Imam Hambali menjadi viral bukan kali ini saja. Saat pelepasan jemaah haji di pendopo Kabupaten Nganjuk, Penjabat Bupati Sudjono memanggilnya ke depan. “Ini teman main saya waktu kecil, teman ngaji dan ngarit (cari rumput-red),” ujar Sudjono waktu itu. (put)