Silk Road

Kastara.ID, Jakarta – Irak akan bergabung dalam proyek investasi infrastruktur raksasa China ‘Belt and Road’ atau yang biasa dikenal dengan proyek Jalur Sutera.

Kesepakatan kerja sama ini disahkan melalui penandatanganan kesepakatan antara kedua negara yang berlangsung awal pekan ini antara Perdana Menteri Iraq Adel Abdel Mahdi dengan Presiden Cina Xi Jinping dalam kunjungan kenegaraan.

Mahdi seperti dikutip dari AFP menjelaskan, Irak telah melalui perang dan perselisihan sipil, dan berterima kasih kepada China atas dukungannya yang berharga. Sehingga, Irak bersedia bekerja sama dalam kerangka One Belt, One Road.

Sementara Xi Jinping mengatakan, kedua negara akan bekerja sama dalam proyek minyak dan infrastruktur. China ingin memulai babak baru dan mendorong Irak maju sebagai mitra strategis antara China-Irak.

Dilansir dari data kantor berita Xinhua yang dimuat oleh CNN, besaran transaksi perdagangan antara China dan Irak pada tahun 2018 tercatat lebih dari US$ 30 miliar.

Adapun Belt and Road Initiative adalah proyek infrastruktur untuk membangun jaringan global besar yang berpotensi melibatkan nilai investasi raksasa. Pembangunan infrastruktur mencakup pelabuhan, kereta api, jalan, dan taman industri. Proyek ini mencakup kawasan Asia, Afrika, Timur Tengah dan Eropa.

Di sisi lain, Negeri Tirai Bambu ini menghadapi kritik karena membanjiri negara-negara miskin dengan kapasitas utang yang besar. Amerika Serikat (AS) mencurigai hal ini sebagai upaya melumpuhkan negara-negara penerima utang tersebut dan menumbuhkan pengaruh, bahkan ketergantungan terhadap China. (nad)