Oleh: Faizal Assegaf

USAI sarankan ibu hamil minum asam sulfat, di debat Cawapres Gibran melontarkan diksi ‘kebun binatang’ dalam bernegara. Watak kejahatan dinasti politik yang sangat buas dan kebinatangan.

“Kita ini tidak ingin berburu di dalam kebun binatang. Kita ingin memperluas kebun binatangnya, kita tanami binatangnya, kita gemukkan,” kata Gibran dengan gaya sok intelektual tapi bobrok.

Contoh kebun binatang sebagai cara mendongkrak penerimaan dan rasio pajak jika dirinya terpilih jadi Cawapres. Secara jahat, rakyat diposisikan sebagai hewan yang diternak dan diperas oleh negara.

Selain itu, Gibran menyebut Indonesia berada di peringkat sepuluh pada SGIE. Jelas sangat ngawur dan kebohongan publik. Tidak sesuai dengan data resmi yang dirilis Kementrian Perindustrian.

Yakni, tahun 2022 Indonesia masih di posisi keempat di SGIE. Di mana pada sektor makanan halal, berada pada peringkat kedua. Ekosistem ekonomi syariah tumbuh signifikan karena kerja keras rakyat.

Fakta tersebut telah luas diberitakan pers dalam dan luar negeri secara jelas dan akurat. Tapi Gibran nekat membohongi rakyat. Bertindak sangat bodoh sebagai koordinator buzzer menyebar berita bohong.

Lebih khususnya di Solo, sejak Wali Kota Jokowi hingga Gibran, kuliner daging anjing sangat marak. Gagal membangun program makanan halal. Bukti perilaku bapak dan anak hipokrit.

Terkait penggunaan gambaran kebun binatang untuk jelaskan pajak, Gibran menuai kecaman rakyat. Diksi tersebut sangat tidak pantas, merendahkan martabat manusia dalam bernegara.

Sebab masih banyak cara untuk tampil cerdas tanpa menyakiti hati rakyat. Ocehan murahan tersebut tentu disayangkan. Menegaskan bocah Istana karbitan itu berotak pas-pasan dan amoral.

Cawapres hasil selundupan pasal di MK, b**o…! (*)

* Kritikus, tulisan diambil dari twitter Faizal Assegaf