Kepala Bidang Pertanian Dinas KPKP DKI Jakarta, Mujiati mengatakan, pelatihan budidaya tanaman ini diikuti 60 peserta yang terdiri dari 40 pengelola RPTRA dan 20 pengurus pondok pesantren yang tersebar di Jakarta.

“60 peserta yang ikut pelatihan akan diberikan bantuan rak hidroponik,” ujarnya, Senin (26/6).

Menurut Mujiati, kebutuhan sayuran di Jakarta per bulan mencapai 1.500 ton. Namun khusus sayuran hidroponik baru tercukupi 13 ton per bulan.

“Kita selalu berusaha menumbuhkan lokasi baru pertanian perkotaan. Karena lahan di Jakarta terbatas, budidaya tanaman dengan hidroponik yang paling tepat,” terangnya.

Ia menuturkan, selain sebagai ketahanan pangan, budidaya tanaman dengan sistem hidroponik dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi balita, mengatasi stunting hingga meningkatkan perekonomian warga.

“Bahkan hidroponik dapat sebagai terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus, edukasi bagi warga dan melatih kedisiplinan,” jelasnya.

President Director PT Hydrofarm, Wirawan menjelaskan, sayuran hidroponik jauh lebih sehat ketimbang sayuran yang ditanam di tanah. Sebab, selama 24 jam nutrisi dalam sayuran hidroponik selalu terpenuhi.

“Sayuran lebih sehat, krispi, dan tidak pahit. Hidroponik juga dapat menjadi peluang bisnis,” terangnya.

Ina Qoiriah, pengelola RPTRA Taman NKRI, Pegangsaan Dua mengaku sangat antusias mengikuti bimtek budidaya tanaman ini.

“Saya ingin belajar untuk ditularkan kepada masyarakat sekitar. Sehingga hasilnya nanti bisa menambah pemasukan masyarakat,” tandasnya. (hop)