Literasi Keagamaan

Kastara.id, Bandung – Menteri Agama memastikan bahwa tahun depan pihaknya akan terus memperkuat literasi keagamaan (religious literacy), utamanya bagi pendidik, penyuluh, serta pengawas pendidikan agama dan keagamaan.

Penegasan ini disampaikan Menag merespons harapan Direktur Indonesian Consortium Religious Studies (ICRS) Dicky Sofjan dalam pembukaan Semiloka Pengayaan Wacana Agama dan Keberagamaan “Rukun,  Ragam, Sepadan”, di Bandung, Rabu (28/11).

Kegiatan ini hasil kerja sama Balai Diklat Keagamaan Bandung Kementerian Agama dengan Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS), British Council, dan British Embassy Jakarta.

Semiloka berlangsung di Balai Diklat Keagaman Bandung, 27-29 November 2018. Kegiatan ini diikuti 120 peserta, terdiri dari dosen, penyuluh agama, pegiat agama, widyaiswara, serta pengawas Pendidikan Agama Islam dan pengawas madrasah.

Kegiatan ini dibuka Menag Lukman Hakim Saifuddin dan tampak hadir Direktur ICRS Dicky Sofjan, Country Directur British Council Paul Smith OBE, Rektor UIN Bandung Mahmud, Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Kemenag Saerozi, Kakanwil Kemenag Jawa Barat A Bukhori, serta Kepala Balai Diklat Keagamaan Bandung.

Kepada Menag, Dicky mengatakan bahwa program religious literacy (penguatan wacana keagamaan) yang juga bekerja sama dengan Kedubes Inggris sudah memasuki fase kedua. ICRS sudah melakukan ToT dan lokakarya di enam kota, dengan melibatkan 600 peserta, terdiri dari dosen agama, ormas keagamaan dan juga organisasi kepemudaan.

“Kami latih mereka untuk berpikir tentang beragama. Belajar tentang beragama, bukan belajar agama,” katanya.

ICRS juga sudah menyerahkan modul empat materi kepada Balai Diklat Keagamaan. Keempat modul itu bertemakan Agama dan Kita, Agama dan Masyarkat, Agama dan Negara, serta Agana dan Mayangkara atau Internet. Dicky berharap, Kemenag terus melanjutkan program ini melalui skema pembiayaan APBN.

“APBN sudah kita realisasikan. Sinergi dengan ICRS sudah lama. Tahun 2019 kita sudah alokasikan anggaran untuk penguatan kegiatan ini (religious literacy),” tegas Menag Lukman.

“Kita juga tetap mengharapkan dukungan dari berbagai pihak untuk sama-sama melaksanakan kegiatan semacam ini,” tandasnya.

Terkait apresiasi dan harapan Dubes Inggris Moazzam Malik agar Indonesia terus menjadi inspirasi dalam merawat toleransi, Menag mengatakan bahwa upaya itu terus dilakukan. Pemerintah bersama tokoh agama dan masyarakat terus berikhtiar merawat jatidir bangsa yang religius, guyub, dan toleran, baik melalui pendidikan, maupun kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya.

“Mendirikan Universitas Islam Indonesia Internasional (UIII) menjadi bagian upaya agar pemahaman keagamaan yang berkembang di Indonesia bisa dipahami dan membawa kemaslahatan manusia di dunia,” tutupnya. (put)