Lobster

Kastara.ID, Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyiapkan sejumlah skenario jika pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap produksi perikanan di Tanah Air, terutama perikanan budidaya dan kinerja ekspor.

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo tidak menampik adanya sejumlah kekhawatiran mengenai imbah wabah Covid-19 terhadap kinerja produksi dan ekspor perikanan. Menteri Edhy mengatakan, hingga saat ini pihaknya terus memantau dan memastikan, sekaligus melakukan langkah-langkah antisipatif jika ada tren penurunan ke depan.

“KKP atau negara akan terus hadir untuk memastikan bahwa produktivitas tetap terjaga karena saat ini produktivitas di sektor perikanan budidaya kita sedang bagus-bagusnya. Kami terus memantau untuk memastikan bahwa perikanan budidaya terus maju,” kata Edhy.

“Memang dalam kondisi ini ada penurunan ekspor karena konsumsi udang/ikan di beberapa negara menurun. Seperti di Amerika, Eropa dan China membatasi jumlah impor karena banyak restoran yang tutup. Namun ini saya harap tidak menjadi kendala dan saya harap masyarakat tidak kendor dalam berbudidaya, harus diyakini bahwa negara tetap hadir untuk masyakarat. KKP akan terus memantau dan memastikan bahwa usaha budidaya tetap berjalan,” lanjut Edhy.

“Nanti jika memang permintaan menurun, kami coba akan siapkan beberapa skenario seperti misalnya Pemerintah membeli langsung (produksi perikanan). Tapi, itu juga kita harus pikirkan ketersediaan coldstorage untuk menampung. Hal ini tentunya akan kami koordinasikan terlebih dahulu dengan Presiden. Menurut laporan yang saya terima, wabah Covid-19 memang ada pengaruh terhadap penurunan permintaan 10-20%, tapi saya rasa ini tidak terlalu signifikan,” jelas Menteri Edhy (28/3).

Berkaitan dengan hal tersebut, Menteri Edhy mengatakan pihaknya terus melakukan koordinasi baik di internal maupun eksternal untuk memastikan ketersediaan stok ikan dan aktivitas pembudidaya.

“Saya telah menugaskan Dirjen Perikanan Budidaya untuk mendata potensi udang di masyarakat yang belum terjual dan kepada Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan untuk mendata coldstorage baik yang operasional maupun yang tidak operasional, untuk skenario di atas,” imbuh Edhy.

Potensi lain dari dampak pandemik Covid-19, Menteri Edhy menambahkan, adalah terganggunya rantai pasok. Pihaknya memastikan terus melakukan antisipasi jika ke depannya ada upaya penerapan pembatasan atau bahkan penutupan akses ke beberapa wilayah. “Tentu kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait agar khusus untuk urusan suplai logistik dan sarana prasarana penunjang usaha tidak dibatasi. Misalnya pengiriman produk ikan, pakan, benur dan obat obatan,” tutupnya.

Sementara Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto menegaskan, pihaknya akan terus mendorong produktivitas budidaya, salah satunya udang vaname di beberapa daerah. Ia mengaku telah menyiapkan strategi untuk genjot produksi di hulu.

“Kita punya target peningkatan ekspor udang sebesar 250% hingga tahun 2024. Artinya kita perlu optimalisasi lahan tambak yang ada. Daerah-daerah di kawasan pantai Selatan Jawa punya potensi besar untuk kita kembangkan menjadi sentral produksi udang. Namun, tentunya kita harus pertimbangkan daya dukung lingkungannya juga,” ungkap Slamet.

Slamet mengaku sudah menyiapkan roadmap untuk 5 (lima) tahun ke depan yang berisi straregi KKP dalam menggenjot produksi udang nasional. Menurut Slamet, pihaknya bakal melakukan optimalisasi lahan tambak melalui pendekatan kawasan berbasis kawasan, dimana aspek keberlanjutannya bakal terjamin.

“Kami akan pastikan bahwa suplai benih dan juga ketersediaan pakan ikan terjamin dengan harga yang terjangkau di masyarakat,” lanjut Slamet.

Sebagai informasi, salah satu daerah budidaya udang vaname di Jawa Barat berada di kawasan Cidaun, Kabupaten Cianjur. Adalah PT Kawan Kita Semua yang mengelola tambak seluas 5 hektare dengan menerapkan teknologi intensif.

Direktur Utama PT Kawan Kita Semua Dudi Hermawan mengatakan bahwa produksi udang cukup tinggi, dari panen hari ini mencapai 70 ton dari luas lahan 2,5 hentare artinya produktivitas rata rata tambak yang ia kelola mencapai 28 ton per hektar dengan size 20-25 ekor per kg.

Dudi mengaku, wabah Covid-19 turut memicu penurunan harga udang di pasar, namun sejauh ini aktivitas ekspor masih cukup stabil sehingga aktivitas ekspor masih mereka jalankan. “Namun karena situasi global ini sulit diprediksi tentu langkah antisipatif perlu dilakukan,” kata Dudi.

Dudi juga mengeluhkan kondisi pasar yang kurang menentu dan mengharapkan pemerintah hadir untuk dapat menyelesaikan masalah. “Ketidakpastian pasar menjadikan kami melakukan panen lebih awal. Kami khawatir pabrik tutup karena pasar yang kurang atau pegawainya yang sudah mulai berkurang. Di sisi lain harga udang menurun sedangkan harga pakan naik. Saya sudah mendapatkan informasi bahwa awal April ini harga pakan ikan dan udang akan naik. Dengan kedatangan Bapak Menteri ke Tambak Udang Cidaun ini kami sangat bahagia karena Pemerintah memperhatikan kami, Pemerintah hadir di tengah-tengah pembudidaya. Kami harap pemerintah dapat memastikan pasar serta dapat menyerap produksi yang ada di masyarakat. Bila tidak maka kondisi pembudidaya akan semakin terpuruk,” tutup Dudi. (mar)