Kastara.ID, Jakarta – Jelang Idulfitri 1443 Hijriah, stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, terbilang aman dan harganya masih stabil, tidak ada kenaikan. Hal ini terungkap saat Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo melakukan pengecekan (28/4).

Mentan melakukan pengecekan didampingi Kadis Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Suharini Eliawati dan Dirut PT Food Station Tjipinang Jaya, Pamrihadi Wiraryo, serta sejumkah pejabat terkait lainnya. Mereka meninjau beberapa kios pedagang beras di PIBC dan berdialog dengan sejumlah pedagang.

Menurut Syahrul Yasin, dirinya melakukan pengecekan ke Pasar Induk Beras Cipinang karena pasar yang dikelola PT Food Station Tjipinang Jaya ini dapat mewakili wilayah Jabodetabek dan menjadi barometer untuk mengukur semua komoditi yang ada, terutama beras.

“Secara umum stok beras relatif aman dan harganya cukup dinamis,” ucap Syahrul.

Kualitas beras di PIBC juga menurut Syahrul, semakin baik, sehat, butirannya juga kelihatan. Sehingga bisa diandalkan dan sesuai harapan yang telah direncanakan oleh Kementan.

Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Pamrihadi Wiraryo mengungkapkan, saat ini stok beras di PIBC mencapai 34.000 ton. Sementara stok minimal yang diwajibkan adalah 30.000 ton. Sehingga ini sudah jauh di atas dari stok minimal. Selain itu di PT Food Station tersedia stok kurang lebih 12.000 ton. Sehingga jika ditotal maka stok keseluruhan ada 46.000 ton, jauh di atas stok minimal.

“Stok sebanyak ini bisa bertahan kurang lebih satu bulan ke depan. karena kita tahu bahwa setiap hari akan masuk pasokan beras sebanyak 3.000 hingga 3.200 ton,” beber Pamrihadi.

Menurutnya, sejak tiga pekan lalu hingga sepekan ke depan di daerah sedang musim panen dan akan mulai masuk musim tanam dua pekan berikutnya. Kondisi ini akan menambah kekuatan stok beras di PIBC tetap stabil.

Untuk harga, menurut Pamrihadi, dibandingkan Januari dan Februari kemarin akan terjadi penurunan 0,8 persen. Namun, jika dibandingkan tahun lalu ada kenaikan kurang lebih satu persen.

“Karena tahun lalu merupakan awal pandemi dan konsumsi masyarakat menurun sementara stok melimpah. Sehingga tahun lalu harganya relatif rendah,” tandasnya. (hop)