LIPI

Kastara.ID, Jakarta – Tatanan kehidupan dunia yang semakin global dan isu tentang kesehatan yang semakin kompleks di masa pandemi Covid-19, menjadikan keterkaitan antar berbagai bidang ilmu dalam penelitian menjadi hal sangat penting.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menekankan, perlunya menghilangkan egoisme keilmuan guna menciptakan berbagai hasil riset dan inovasi yang menjawab tantangan tersebut.

“Tidak boleh ada namanya egoisme keilmuan. Semua ilmu menurut saya harus diupayakan untuk bisa saling mengerti ilmu lainnya,” pesan Menteri Bambang, seperti dikutip dalam rilis Kemenristek/BRIN di Jakarta, Sabtu (29/8).

Saat memberikan sambutan pada acara Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XX yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jumat (28/8) Menteri Bambang menyebutkan, semua disiplin ilmu harus saling mengisi untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa.

Kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak khususnya peneliti ataupun Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) di bawah keluarga besar Kemenristek/BRIN harus menjadi semakin kuat.

“Saya harapkan di situasi pandemi ini sinergi kolaborasi antar lembaga semakin kuat, tidak boleh ada hambatan yang membuat egoisme bidang ilmu apalagi egoisme institusi muncul. Saat ini adalah waktu yang terbaik untuk menunjukkan bahwa semua ilmuwan, semua orang yang mempunyai kemampuan untuk bekerja bersama,” tambah Menteri Bambang.

Sebagai informasi acara Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XX merupakan tradisi keilmuan yang menjadi puncak rangkaian acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-53 LIPI. Pada kesempatan tersebut diberikan kehormatan kepada Prof. dr. Herawati Supolo-Sudoyo, Ph.D., dari Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman untuk memberikan orasi ilmiah.

Dalam orasi berjudul “Peran Riset Covid-19 untuk Indonesia Maju”, Herawati menyampaikan bahwa untuk memahami pandemi baru Covid-19, kita harus belajar dari kejadian yang sama yang pernah terjadi sebelumnya, yaitu pandemi influenza pada 1918.

“Kita harus mencari tahu, memahami, dan menganalisis. Itu akan memperkuat pendalaman kita mengenai situasi saat ini dan cara penanganannya,” ujar Herawati

Herawati Supolo-Sudoyo pada saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala bidang Penelitian Fundamental LBM Eijkman dan juga merupakan Ketua Komisi Ilmu Kedokteran dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).

Turut hadir dalam acara ini Kepala LIPI Laksana Tri Handoko, Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio, Kepala BSN Kukuh S Achmad, serta Pejabat Eselon I di lingkungan Kemenristek/BRIN. (ant)