Masker

Kastara.ID, Jakarta – Tiga pekan sudah berlalu. Tugas besar itu rupanya tidak mudah dijalankan. “Saya melihat urusan promosi untuk pemakaian masker belum kelihatan setelah habis rapat itu,” kata Presiden Joko Widodo, Senin (24/8).

Sebelumnya dalam rapat terbatas penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional yang berlangsung Senin (3/8), Presiden memerintahkan agar seluruh lembaga dalam dua minggu fokus mengkampanyekan gerakan memakai masker. Waktunya dua minggu. “Saya ingin ada perubahan masyarakat kita,” ujarnya.

Menurut Presiden, pemakaian masker merupakan kunci sebelum vaksin ditemukan. Penggunaan masker menjadi salah satu protokol kesehatan.

Berbagai kajian menunjukkan 60 persen hingga 70 persen penggunaan masker dengan baik dan benar mampu menghindarkan masyarakat dari paparan Covid-19. Dari empat protokol kesehatan menghadapi pandemi, masker dinilai paling efektif untuk melindungi.

Menggunakan masker bukan hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga orang lain di sekitar atau keluarga. Namun, sebagian masyarakat masih mengabaikannya, dan ini berpotensi memicu transmisi yang masih tinggi di masyarakat.

Penggunaan masker sebagai penangkal penularan penyakit telah terekam sejak ratusan tahun silam.

Sejarawan Bonnie Triyana menjelaskan, masker tertua terlacak dimulai di Eropa pada abad ke-17. Kala itu masker yang digunakan menyerupai paruh burung dan dipakai untuk menghadapi penyakit yang tengah mewabah.

“Masker ini digunakan untuk menghindari penyebaran penyakit dari udara, di dalam paruhnya itu biasanya diisi sama herbs, kayak rempah,” terang Bonnie dalam diskusi di Graha BNPB, Jakarta yang ditayangkan secara daring (28/8).

Dalam perjalanannya bentuk masker kemudian berubah. Perubahan itu terjadi saat ada wabah Flu Spanyol pada 1918. Masker yang digunakan kala itu hampir menyerupai masker yang ada saat ini.

Menurut Bonnie, yang menarik adalah respons dari masyarakat kala itu. Perilaku masyarakat hampir sama seperti saat ini. Saat wabah yang berlangsung dari Januari 1918 hingga Desember 1920 itu, orang-orang Amerika pada akhirnya mengenakan masker sebagai tindakan pencegahan penularan.

Wabah flu Spanyol kala itu memang cukup mengerikan. Wabah itu menginfeksi 500 juta orang dan menyebabkan 50 juta kasus kematian.

Saat flu Spanyol terjadi hampir setengah juta warga AS meninggal. Karena banyak warga AS yang meninggal, akhirnya pemerintah mewajibkan pemakaian masker. Masyarakat pun mematuhinya.

Beda dengan Kanada saat itu. “Masyarakat Kanada bandel,” ujarnya. “Menggunakan masker bagi mereka konyol.”

Lain pula halnya dengan Jepang. Pada 1970-an, menurut Bonnie, kesadaran masyarakat menggunakan masker sudah cukup tinggi. Bagi mereka menggunakan masker itu untuk solidaritas agar tak menularkan penyakit ke orang lain.

Bonnie menilai respons berbeda dari masyarakat itu memang tergantung pada tingkat pengetahuan terhadap wabah itu sendiri. Semakin tinggi pengetahuannya, kesadarannya semakin meningkat. Karenanya, agar gerakan menggunakan masker ini efektif, ia mengajurkan agar pemerintah menggunakan cara penyampaian yang kreatif, jangan menggunakan cara yang membosankan. “Misalkan pakai TikTok agar disukai anak-anak muda,” ujarnya. (ant)