Tasya Kamila

Kastara.ID, Jakarta – Berkontribusi terhadap pencegahan perubahan iklim bisa dimulai melalui hal kecil dan sederhana misalnya dengan mengurangi konsumsi plastik sekali pakai dan mengubah gaya hidup. Ajakan inilah yang diserukan ASEAN Youth Organization (AYO) saat menjadi narasumber dalam Pekan Diplomasi Iklim 2020.

“Gerakan untuk melestarikan alam bisa dimulai dari konsumsi yang bertanggung jawab,” jelas Senjaya Mulia, Pendiri AYO saat diskusi webinar “Sustainable Lifestyle for Sustainable Change” (29/10). “Mulai hari ini kita harus mengubah gaya hidup  dan turut berkontribusi sekecil apapun untuk menjaga lingkungan,” lanjutnya.

Sementara Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Igor Driesmans mengatakan, generasi muda merupakan aktor utama menyebarkan kesadaran lingkungan ke masyarakat. “Kalian memiliki kekuatan untuk mengubah masyarakat kita untuk berpartisipasi mengurangi emisi demi masa depan dunia,” katanya.

Usaha generasi muda untuk berperan aktif dalam isu perubahan iklim salah satunya dilakukan Tasya Kamila, artis dan juga Pendiri Green Movement Indonesia. Untuk menjalankan misinya, Tasya menggandeng perusahaan Fast Moving Consumer Good (FMCG) dalam menyediakan dropbox sampah kemasan di beberapa titik supermarket di Jabodetabek yang kemudian didaur ulang.

Kontribusi untuk kelestarian lingkungan menurut Tasya bisa dimulai dari hal yang kecil, misalnya mengurangi penggunaan barang-barang sekali pakai. “Itu semua tergantung pada kemauan kalian untuk bisa melakukan perubahan, bisa berkontribusi untuk lingkungan di sekitar kita,” katanya.

Upaya mengajak generasi muda untuk peduli dengan lingkungan juga dilakukan Gerakan Indonesia Diet Kantor Plastik – GIDKP (Indonesia Plastic Bag Diet Movement) yang mengkampanyekan pembatasan penggunaan plastik sekali pakai. “Kita prihatin dengan banyaknya sampah plastik yang mengotori sungai,, laut dan berdampak nyata pada kehidupan kita sehari-hari, menyebabkan banjir dan polusi,” ungkap Tiza Mafira, Direktur Eksekutif, GIDKP. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pemerintah, pengecer, dan konsumen bahwa kantong plastik sangat berbahaya bagi lingkungan, dan oleh karena itu harus dikurangi pemakaiannya.

Duta AYO, Pendiri Greenwelfare Indonesia Nala Amirah menyebutkan, salah satu yang berkontribusi besar adanya jejak karbon yakni industri daging. “Ide awalnya yaitu mendonasikan dan mendistribusikan plant based food (makanan nabati pengganti daging) ke komunitas-komunitas yang membutuhkan. Untuk jangka panjangnya kami mengedukasi kaum muda tentang masalah industri daging ini dan juga program-program go green lainnya,” katanya.

Walau baru terbentuk, namun organisasi yang dipimpin pemuda ini, mempunyai misi yang kuat tidak hanya dalam mempromosikan pola makan yang sehat dan ramah lingkungan, namun juga gaya hidup konsumsi yang berkelanjutan untuk lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan polusi udara dan jejak karbon dari hasil daging. (ant)