Kastara.ID, Jakarta – Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigadir Jenderal Polisi Ahmad Nurwahid menyatakan bahwa aksi terorisme yang terjadi seringkali menyeret-nyeret agama Islam sehingga membuat ketakutan terhadap agama itu sendiri di masyarakat.

Menurutnya, hal tersebut terjadi lantaran gerakan radikalisme atau terorisme ini seringkali memanipulasi agama dengan mengedepankan dan menonjolkan identitas keagamaan tanpa diikuti ajaran-ajaran yang benar.

“Sehingga menjadikan fitnah bagi Islam, karena mengadu domba Islam, membuat Islamofobia,” kata Nurwahid (30/3).

Dia menuturkan bahwa gerakan radikalisme itu menjadi suatu penyakit spiritual yang dapat menyerang siapa pun. Dalam hal ini, kata dia, setiap manusia berpotensi untuk menjadi radikal.

“Tidak mengenal pangkat, jabatan tidak mengenal profesi tidak mengenal latar belakang bahkan tidak mengenal level atau tingkat intelektual seseorang, ini virus,” ucapnya.

Hal itu pun menurutnya terjadi pada pelaku terorisme yang melakukan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan pada Ahad (28/3) lalu.

“Kenapa penyakit politik, karena radikalisme mengatasnamakan agama ini adalah gerakan politik yang ingin mengubah tatanan politik sosial yang sudah mapan, dalam hal ini adalah ingin merebut kekuasaan yang sah,” ucapnya. (ant)