Kastara.ID, Madinah – Izin lapor, JKS 70 dua armada telah mendarat di Terminal Hijrah pukul 19.00 waktu Saudi, dicopy. 

Demikian salah satu petugas Sektor Terminal Hijrah Muskarim melaporkan kedatangan jemaah kloter 70 Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 70) di Terminal Hijrah, Kamis (29/08). Laporan ini disampaikan ke markas Madinah sebagai penanda sebentar lagi ada jemaah yang akan masuk ke Kota Nabawi.

Jarak Terminal Hijrah ke hotel jemaah haji Indonesia di kawasan markaziyah Masjid Nabawi berkisar setengah jam perjalanan bus. Laporan Muskarim sekaligus menjadi peringatan kepada petugas akomodasi agar memastikan hotel jemaah sudah siap ditempati. Leporan berikutnya, Muskarim sampaikan setelah seluruh armada dalam satu kloter (9-10 bus) sudah tiba di Terminal Hijrah.

Demikian menjadi rutinitas kerja petugas sektor terminal hijrah Madinah. Sekilas tampak ringan, mereka hanya duduk menunggu bus jemaah datang, mencatat nomor bus sesuai print out data kedatangan harian, lalu melaporkannya ke markas Madinah melalui alat komunikasi handytalky (HT).

Namun, kerja mereka bukan di dalam kantor ber-AC. Namanya di terminal, mereka harus bekerja sembari menantang terik mentari siang, dan udara hangat Madinah di waktu malam.

 

Petugas sektor terminal hijrah terdiri dari 14 orang yang dibagi dalam dua kelompok. Jam kerja mereka menyesuaikan waktu keberangkatan jemaah dari Makkah dan perkiraan tiba di Madinah. Kalau dirata-rata, mereka bekerja dari jam 9 pagi-12 malam. Dua kelompok itu bergantian, sehari bertugas, hari berikutnya istirahat.

“Petugas berjaga di pintu masuk Terminal Hijrah. Kalau ada bus datang, kita catat nomornya dan segera laporkan ke Maskaz Madinah,” terang Farid Dani Fatria, mukimin Saudi yang sudah tujuh tahun terakhir bertugas di terminal ini.

“Hanya Indonesia yang diberi izin menempatkan petugas di pintu masuk terminal Hijrah ini,” sambungnya.

Saat humas ke Terminal Hijrah, memang tidak ada petugas di pintu masuk selain dari Indonesia. Menurut Farid, penanggung jawab terminal memberi izin karena petugas Indonesia dinilai tertib.

“Dengam catatan, petugas hanya boleh menulis nomor bus saja,  tanpa menghentikan busnya, apalagi sampai masuk,” ujarnya.

Terminal Hijrah menjadi tempat pemberhentian terakhir bus jemaah haji Indonesia sebelum sampai hotel di Madinah. Di terminal ini, Muassasah Adillah (pihak ketiga Arab Saudi yang diminta mengurus perjalanan jemaah haji, termasuk jemaah Indonesia), mengecek kelengkapan paspor jemaah, lalu mengambilnya. Paspor ini dikembalikan lagi ke jemaah di Bandara Madinah saat mereka akan kembali ke Tanah Air.

 

Kasektor Terminal Hijrah Sahbudin mengatakan, pelaporan kedatangan jemaah di terminal hijrah penting. Untuk petugas Makkah, laporan ini sekaligus menginformasikan jemaah yang berangkat dari Kota Kelahiran Nabi sudah sampai di Madinah. “Sementara bagi petugas Madinah, utamanya akomodasi dan katering, laporan dari Terminal Hijrah menjadi penanda pelayanan harus siap untuk segera dimulai,” jelasnya.

Sahbudin menambahkan, petugas sektor Terminal Hijrah mempunyai beberapa tugas. Saat awal kedatangan gelombang pertama, petugasnya diperbantukan di sektor hotel untuk membantu kesiapan akomodasi jemaah. Saat fase pemberangkatan jemaah ke Makkah, petugasnya ditugaskan di Bir Ali untuk melakukan pelayanan persiapan umrah.

“Selesai pemberangkatan jemaah dari Madinah ke Makkah, petugas kami diberangkatkan ke Makkah untuk membantu persiapan puncak haji, Arafah-Muzdalifah-Mina,” jelasnya.

Nah, kata Sahbudin, jelang kedatangan jemaah dari Makkah ke Madinah, dia dan timnya ditempatkan di Terminal Hijrah.  “Itulah kenapa sektor kami disebut sektor Birhij yang artinya Bir Ali dan Terminal Hijrah,” tuturnya.

“Setelah fase kedatangan jemaah dari Makkah ke Madinah selesai, kami kembali diperbantukan di sektor hotel untuk proses penimbangan bagasi jemaah,” tandasnya.

Selamat berjuang petugas haji Indonesia. Semoga setiap tetes keringat yang keluar dicatat sebagai amal ibadah. Aamiin!!! (put)