Vaksin COVID-19

Kastara.ID, Jakarta – Pada waktu pandemi global saat ini, setiap tahapan uji vaksin Covid-19 dapat dilakukan dengan waktu yang relatif lebih singkat. Dengan memprioritaskan faktor keselamatan masyarakat yang akan menjadi target vaksinasi di seluruh Indonesia.

“Pada waktu pandemi, semua tahapan dalam uji vaksin dapat dpercepat sesuai dengan kebutuhannya yang mendesak,” ujar Ketua Indonesian Technical Advisory Grup on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro melalui webinar pada Sabtu (31/11).

Menurut dia, faktor yang bisa mempercepat tahapan uji vaksin ketika para peneliti sudah mampu menemukan sel dalam virus yang bisa dijadikan bahan utama dalam pembuatan vaksin. Sel tersebut kemudian, diolah para peneliti dengan berbagai zat lainnya untuk mendukung efektivitas sebuah vaksin.

“Pada umumnya kita sudah punya transformasi virusnya dan sudah bisa membuat inactivated virus tersebut,” katanya.

Dengan begitu, uji vaksin dilakukan dengan waktu yang relatif lebih singkat. Karena dapat melompati satu tahapan uji pre klinis yang bisa memakan waktu hingga tahunan. Sehingga, proses pembuatan vaksi dapat langsung menuju tahap selanjutnya yakni uji klinis kepada manusia.

Diketahui, pada uji vaksin terdapat tahapan uji pre klinis yang terdiri dari dua fase yakni mencari kandidat sebagai Fase I, para peneliti mencari kandidat vaksin yang berasal dari objek yang terinfeksi dari virus. Peneliti akan mengambil sampel dari virus untuk dibuatkan vaksin yang dapat membuat imun tubuh tahan terhadap virus tersebut.

Dilanjutkan dengan Fase II, akan dilakukan uji coba penyuntikan ke binatang yang memiliki kesamaan pada organ tubuh manusia. Objek yang disuntikkan ke lebih dari satu hewan, agar dapat dipantau efektivitas dari vaksin yang sedang dibuat.

“Uji pre klinis sepenuhnya dilakukan oleh para peniliti di laboratorium, sampai vaksin ini sepenuhnya layak diuji cobakan pada manusia,” katanya.

Setelah itu, masuk kepada uji klinis yang objeknya adalah manusia. Pada uji ini terdapat empat fase yang harus dilewati antara lain Fase I keamanan, Fase II Imunogenitas, Fase III Efisikasi, dan Fase IV Post Marketing Surveilance (PMS).

Fase I bertujuan memastikan keamanan dari vaksin tersebut. Pada fase ini akan dilakukan penyuntikan terhadap 100 sukarelawan. Fase II bertujuan untuk mengetahui peningkatan kadar antibodi (imunogenitas) dan kemanannya. Dengan cara melakukan penyuntikan vaksin terhadap 400-600 orang.

Fase III dilakukan untuk mengetahui efikasi vaksin, dilakukan pada dua kelompok yang terdiri dari kelompok vaksin dan tidak mendapat vaksin (placebo). Fase ini akan mengetahui berapa besar vaksin dapat mencegah penyakit. Mencakup ribuan atau puluhan ribu orang yang dilakukan pada banyak senter penelitian.

Fase IV PMS dilakukan untuk memantau keamanan vaksin setelah dipergunakan secara luas di masyarakat. (ant)